Bagikan:

JAKARTA - Presiden Direktur PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) Jahja Setiaatmadja buka suara terkait penyebab melemahnya Rupiah hingga menyentuh Rp16.000-an per dolar AS.

Menurutnya, terdapat beberapa faktor yang menjadi biangkerok pelemahan Rupiah serta menepis anggapan konflik antara Israel dan Iran menjadi penyebabnya.

"Kenaikan rupiah bukan karena kebetulan terjadi penyerangan Israel ke Iran kemudian dibalas lagi. Tidak serta-merta karena itu," ujarnya dalam konferensi pers secara daring, Senin, 22 April.

Dikatakan Jahja, salah satu penyebabnya adalah karena kebutuhan dolar di Kuartal I memang mengalami peningkatan, apalagi terdapat persiapan Idulfitri dan liburan. Sehingga, menyebabkan masyarakat membeli dolar AS dalam jumlah yang besar.

"Memang kebutuhan demand dolar itu di first quarter besar. Kita juga tidak bisa menyangkal teman-teman beterbangan ke luar negeri, mereka belanja-belanja, mereka beli tiket, beli hotel, kan perlu Dolar AS," beber Jahja.

Kemudian faktor lainnya adalah pemberian dividen payout yang banyak dilakukan pada kuartal 1 sehingga banyak aliran dana ke luar negeri. Selain itu juga terdapat indikasi pengurangan investasi oleh asing pada instrumen Surat Berharga Negara (SBN) serta asing.

"Ada dumping dari asing. Ini semua membutuhkan dolar. Sebab itu mau engga mau melampaui Rp16.000," sambung Jahja.

Untuk itu ia menegaskan pelemahan rupiah ini bukan terjadi akrena adanya konflik di Timur Tengah.

"Kalau eskalasi di Timur Tengah ya pada saat itu sebentar, harga emas tiba-tiba melejit naik tapi begitu beberapa hari kemudian saya lihat sudah ada koreksi lagi," pungkas Jahja.