JAKARTA - Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) melalui Direktur Jenderal Minyak dan Gas Bumi Tutuka Ariadji mengungkapkan, realisasi penyaluran gas melalui program Harga Gas Bumi Tertentu (HGBT) terus menurun dari tahun ke tahun.
Berdasarkan data realisasi, Tutuka menjelaskan, dalam 5 tahun terakhir terdapat penurunan volume realisasi HGBT untuk industri walau tidak begitu besar.
"Tidak optimalnya realsiasi volume HGBT khususnya pupuk disebabkan oleh serapan pembeli yang tidak optimal akibat maintenance dan kendala operasional pabrik. Mungkin bisa dikonfirmasi oleh dirut Pupuk Indonesia," ujar Tutuka dalam Rapat Dengar Pendapat dengan Komisi VII DPR RI, Rabu 3 April.
Adapun realisasi volume HGBT pada tahun 2023 hanya mencapai 84,3 persen atau sebesar 686,28 billion british thermal unit per day (BBTU) dari yang ditargetkan sebesar 814,06 BBTU.
Jumlah ini berada di bawah realisasi tahun 2022 yang tercatat sebesar 708 BBTU atau hanya mencapai 82,8 persen dari target 855.06 BBTU.
Tutuka melanjutkan, alasan lain realisasi terus mengalami penurunan adalah karena adalah keterbatasan pasokan gas hulu dan adanya maintenance di sisi hulu migas yang dikelola oleh SKK Migas.
BACA JUGA:
Sementara alasan ketiga, kata dia, adalah berlakunya Keputusan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Nomor 91.K/MG.01/MEM.M/2023 tentang Pengguna Gas Bumi Tertentu dan Harga Gas Bumi Tertentu Di Bidang Industri yang ditetapkan pada 19 Mei 2023.
Lebih jauh, Tutuka menambahkan, bila dilihat dari sisi rencana pengembangan bisnis PT Pupuk Indonesia (PI) disebutkan kebutuhan gas oleh PI akan meningkat secara signifikan dari 820 juta MMSCFD menjadi 1.076 MMSCFD pada tahun 2030.
"Hal ini perlu koordinasi dan keseriusan semua pihak agar memastikan kebutuhan gas industri dapat dipenuhi industri gas nasional," pungkas Tutuka.