JAKARTA - Kementerian Perindustrian melalui Direktorat Jenderal Industri Logam, Mesin, Alat Transportasi dan Elektronika (ILMATE) sedang mengadakan pameran yang bertajuk Kitchen Appliances Expo 2024 yang berlokasi di Plaza Industri, Gedung Kementerian Perindustrian, Jakarta Selatan pada 1-4 April 2024.
Menteri Perindustrian, Agus Gumiwang Kartasasmita saat memberikan sambutan dalam pameran tersebut mengatakan, sektor hilir industri logam diharapkan memberikan "added value" serta "multiplier effect" bagi peningkatan daya saing ekonomi bangsa. Produk-produk kitchen appliances berbasis logam masuk kepada sektor hilir industri logam yang langsung digunakan masyarakat di rumah tangga seperti kompor gas, alat masak dan alat makan dari logam serta bak cuci piring.
"Oleh sebab itu, kami sangat mendukung pengaturan minimum standar akan kualitas dan mutu produk melalui pemberlakuan SNI wajib. Melalui pemberlakuan SNI wajib, industri dalam negeri wajib untuk menyediakan produk yang menjamin keselamatan, keamanan dan kesehatan masyarakat," ujar Menperin Agus Gumiwang, dalam keterangannya, dikutip Selasa 2 April.
Lebih lanjut ia mengatakan, industri kompor gas di dalam negeri sebanyak 31 perusahaan dengan kapasitas sebanyak 33,7 juta pcs. Industri kompor terbagi atas dua jenis yakni kompor gas rumah tangga yang SNI wajibnya sudah berlaku dari tahun 2013 dan tahun 2015 sedangkan untuk kompor gas komersial lagi proses pembahasan Rancangan Peraturan Menteri Perindustrian pemberlakuan SNI wajib yang menunggu harmonisasi di Kemenkumham sedangkan TKDN untuk kompor gas berkisar antara 21-58 persen.
"Di samping SNI Wajib dan TKDN Kementerian Perindustrian terus mendorong untuk pengembangan lokal komponen. Sedangkan alat masak dan alat makan lagi pembahasan Rancangan Peraturan Menteri Perindustrian untuk SNI wajib yang target pemberlakuannya adalah tahun ini dengan TKDN rata-rata 40-85 persen. Untuk bak cuci piring TKDN berkisar 40 persen. Besar harapan kami dengan penerapan kebijakan yang sangat mendukung industri dalam negeri tersebut iklim usaha dan iklim investasi di dalam negeri bisa terjaga dan terus tumbuh," ujar Agus Gumiwang.
Dirinya melanjutkan, pameran ini tidak hanya sekedar menampilkan produk-produk unggulan, tetapi juga merupakan kesempatan bagi kita untuk menunjukkan upaya maupun pencapaian industri dalam negeri dalam menyediakan solusi terbaik bagi kebutuhan masyarakat dan juga dalam upaya mendukung program pemerintah utamanya program makan siang gratis yang seluruh peralatan masak mulai dari kompor gas modern hemat energi hingga peralatan makan dari logam yang elegan dan fungsional berasal dari hasil karya industri dalam negeri. Kami juga berharap kegiatan ini membantu mempromosikan produksi dalam negeri serta meningkatkan brand awareness atas produk lokal.
"Saya ingin menyampaikan apresiasi yang tinggi kepada para perusahaan dan asosiasi industri yang menjadi peserta pameran kali ini, serta semua pihak yang telah berkontribusi dalam penyelenggaraan acara pameran ini. Semangat kolaborasi yang ditunjukkan adalah modal berharga untuk mewujudkan industri dalam negeri yang tangguh dan berdaya saing. Mari kita manfaatkan waktu yang kita miliki di pameran ini dengan baik, untuk berinteraksi, berbagi pengetahuan, dan menjelajahi berbagai produk unggulan yang ditawarkan," katanya.
Di tengah perekonomian global yang masih lesu, industri pengolahan di Indonesia mampu menjaga pertumbuhannya sebesar 4,69 persen pada tahun 2023 (year on yar/yoy). Hal tersebut tercermin dalam perbaikan indikator pada berbagai sektor, salah satunya pada sektor industri manufaktur yang ditandai dengan PMI (Purchasing Manager’s Index) manufaktur selama 31 bulan berturut-turut dalam posisi ekspansif terakhir pada bulan Maret 2024 berada di level 54,2 bahkan Indeks Kepercayaan Industri (IKI) pada bulan Maret 2024 berada pada level 53,05.
Di lain pihak, jika kita dibandingkan PMI Manufaktur negara-negara kawasan ASEAN, seperti Malaysia dan Thailand yang masih kontraksi masing-masing ke level 49,5 dan 45,3.
BACA JUGA:
Pertumbuhan ini sejalan dengan produktivitas industri baja yang mengalami tren peningkatan sejak 2020. Pada tahun 2024 konsumsi baja nasional diperkirakan akan mencapai 18,3 juta ton atau tumbuh sebesar 5,2 persen mengikuti tren pertumbuhan konsumsi setelah pandemi COVID-19. Pertumbuhan ini ditopang oleh berbagai kondisi yang menjadi pendorong permintaan baja antara lain: pertumbuhan baja global, pertumbuhan ekonomi nasional, belanja infrastruktur pemerintah, pertumbuhan sektor properti, pertumbuhan sektor industri pengguna baja otomotif, elektronik, dan peralatan rumah tangga.
Hal tersebut juga tercermin dalam pertumbuhan dari Industri Logam Dasar dan Industri Barang Logam Bukan Mesin dan Peralatannya masing-masing sebesar 14,17 persen dan 23,63 persen (yoy) di tahun 2023. Tren tersebut perlu kita jaga, agar iklim usaha industri semakin kondusif, menarik investasi, serta mendorong substitusi impor. Melalui kebijakan yang tepat, Kemenperin berupaya meningkatkan competitiveness dan revenue growth dari industri logam nasional.