JAKARTA - Menteri Perdagangan (Mendag) Zulkifli Hasan menyebut, harga beras di pasaran mulai mengalami penurunan. Salah satunya di Pasar Tambun, Kabupaten Bekasi, Jawa Barat.
"Beras sudah turun banyak, enggak ada (harga) beras Rp17.000-Rp18.000. Paling mahal Rp14.000, Rp12.000 dan Rp11.000. Turunnya lebih dari seribu," kata Mendag yang akrab disapa Zulhas usai kunjungan ke Pasar Tambun, Sabtu, 23 Maret.
Zulhas pun menyebut, harga beras akan segera normal lantaran pada akhir Maret ini telah memasuki musim panen raya.
"Akhir bulan ini panen raya, masuk April sudah normal harga beras lokal," ujarnya.
Mendag memastikan stok beras dalam negeri dalam kondisi yang cukup, khususnya menjelang momentum Hari Raya Idulfitri 1445 Hijriah/2024.
"Ketersediaan (beras) cukup dan cenderung turun (harganya). Semua bisa bahagia," tuturnya.
Berdasarkan data Panel Harga Badan Pangan Nasional (Bapanas), Sabtu, 23 Maret 2024, harga beras premium turun tipis 0,12 persen menjadi Rp16.330/kg dan beras medium turun hingga 4,18 persen menjadi Rp13.740.
Meski begitu, harga beras tersebut melambung jauh di atas Harga Eceran Tertinggi yang ditetapkan pemerintah dalam Peraturan Badan Pangan Nasional (Perbadan) Nomor 7 tahun 2023, yakni sebesar Rp13.900-Rp14.800 per kg untuk beras premium dan Rp10.900-11.800/kg untuk beras medium.
BACA JUGA:
Adapun pemerintah melalui Badan Pangan Nasional (Bapanas) memutuskan untuk melanjutkan kebijakan relaksasi harga eceran tertinggi (HET) beras premium Rp1.000 per kilogram (kg). Kebijakan ini diperpanjang hingga April 2024.
Relaksasi HET beras premium ini diimplementasikan bertujuan menjaga stabilitas pasokan dan harga beras premium di tingkat konsumen. Relaksasi ini juga menyasar delapan zona wilayah.
"HET beras premium diperpanjang satu bulan. Diperpanjang mulai 24 Maret 2024," katanya saat dihubungi VOI, Selasa, 19 Maret.
Terpisah, Arief mengatakan relaksasi HET beras premium ini diperpanjang untuk menjaga stok beras premium di pasaran. Relaksasi ini juga dilanjutkan sambil menunggu harga gabah kering panen (GKP) turun.
"Karena, kan, supaya beras itu tetap ada di pasar, sambil sesuaikan GKP untuk turun," tuturnya.