Bagikan:

JAKARTA - Nilai tukar rupiah pada perdagangan Senin 18 Maret 2024 diperkirakan akan kembali bergerak melemah terhadap dolar Amerika Serikat (AS).

Mengutip Bloomberg, nilai tukar Rupiah hari Jum'at 15 Maret, Kurs rupiah spot ditutup melemah 0,12 persen Rp15.599 per dolar AS. Sementara, kurs rupiah Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) Bank Indonesia (BI) ditutup turun 0,26 persen ke level harga Rp15.624 per dolar AS.

Direktur PT Laba Forexindo Berjangka Ibrahim Assuaibi menyampaikan data indeks harga produsen lebih kuat dari perkiraan untuk bulan Februari. Angka tersebut muncul setelah data indeks harga konsumen yang lebih kuat dari perkiraan yang dirilis awal pekan ini, yang juga menunjukkan inflasi semakin menjauh dari target tahunan Federal Reserve sebesar 2 persen.

"Angka inflasi yang lebih tinggi terjadi tepat sebelum pertemuan Fed minggu depan, di mana bank sentral diperkirakan akan mempertahankan suku bunga tidak berubah," ucapnya dalam keteranganya dikutip Senin 18 Maret.

Menurut Ibrahim The Fed kini berpotensi menawarkan sikap yang lebih hawkish terhadap suku bunga, mengingat pihaknya telah berulang kali mengisyaratkan bahwa penurunan suku bunga apa pun pada tahun 2024 sebagian besar akan ditentukan oleh jalur inflasi.

Pedagang terlihat memangkas ekspektasi mereka terhadap penurunan suku bunga pada bulan Juni dan menaikkan ekspektasi penurunan suku bunga, menurut alat CME Fedwatch. Prospek kenaikan suku bunga jangka panjang membebani mata uang Asia secara luas.

Minggu depan, Bank sentral diperkirakan akan mengakhiri kebijakan pengendalian suku bunga negatif dan kurva imbal hasil dalam beberapa bulan mendatang, dengan para analis berbeda pendapat mengenai keputusan yang akan diambil pada bulan Maret atau April.

Dari sisi internal, Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan neraca perdagangan Indonesia pada Februari mengalami surplus 0,87 miliar dolar AS. Sedangkan secara kumulatif, neraca perdagangan mencapai 2,87 miliar dolar AS. Walaupun terjadi surplus, namun NPI mengalami penurunan 6,42 miliar dolar AS dibandingkan periode yang sama Januari-Februari 2023.

Sedangkan, surplus neraca perdagangan Indonesia Februari 2024 terutama berasal dari sektor nonmigas 2,63 miliar dolar AS, namun tereduksi oleh defisit sektor migas senilai 1,76 miliar dolar AS.

Sementara itu nilai ekspor nasional pada Februari 2024 mengalami penurunan dibandingkan bulan sebelumnya. Ekspor Indonesia turun menjadi 19,31 miliar dolar AS atau 5,79 persen (month-to-month/mtm) dibandingkan Januari 2024. Ekspor migas tercatat 1,22 miliar dolar AS atau turun 12,93 persen, dan nilai ekspor non migas turun 5,72 persen menjadi 18.09 miliar dolar AS.

Penurunan ekspor pada Februari 2024 didorong oleh penurunan ekspor non migas, utamanya pada komoditas besi dan baja HS 72 dengan andil penurunan sebesar 3,26 persen.

Selanjutnya, lemak dan minyak hewani nabati atau HS15 dengan andil penurunan sebesar 2,60 persen, serta logam mulia dan perhiasan permata HS 71 dengan andil penurunan sebesar 0,60 persen.

Kemudian, penurunan ekspor non migas di dorong oleh penurunan nilai ekspor gas. Tercatat komoditas ini memberikan andil penurunan sebesar 1,58 persen. Secara tahunan, nilai ekspor Februari 2024 mengalami penurunan sebesar 9,45 persen.

Sementara itu, pada periode yang sama nilai impor Indonesia Februari 2024 mencapai 18,44 miliar dolar AS, turun 0,29 persen dibandingkan Januari 2024.

Ibrahim memperkirakan rupiah akan bergerak fluktuatif namun ditutup melemah pada perdagangan Senin 18 Maret dalam rentang harga Rp15.570 - Rp15.660 per dolar AS.