Bagikan:

BOJONEGORO - ExxonMobil Cepu Limited (EMCL) kembali melakukan pengeboran setelah 8 tahun tidak menambah jumlah sumur sejak tahun 2015.

"Proyek ini dari informasi mulai 2001 dan ternyata baru mulai produksi di 2015," ujar Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arifin dalam sambutannya pada Tajak Sumur Perdana Banyu Urip Infil Clastic di Bojonegoro, Jumat 1 Maret.

Arifin menjelaskan, pada awalnya potensi minyak di Banyu Urip diperkirakan sebesar 400 juta barel minyak, namun hingga saat ini tercatat minyak yang berhasil diproduksi sebesar 630 juta barel.

Meski memiliki potensi cadangan fantastis, Arifin mengatakan sejak tahun 2023 Lapangan banyu Urip terus mengalami laju penurunan produksi.

"8 tahun lalu belum ada pengeboran dan sekarang sekali bor ada 7 sumur," sambung Arifin.

Untuk informasi, dari tujuh sumur yang akan dibor pada tahun ini, lima di antaranya merupakan sumur karbonat sementara sisanya merupakan sumur clastic. Adapun pemboran 7 sumur ini akan dilakukan sepanjang tahun ini dengan awal produksi diproyeksikan pada Juni 2024.

Arifin mengharapkan dari kegiatan pemboran sumur infill dan clastic akan ada tambahan 20.000 hingga 30.000 barel per hari sehingga bisa menahan laju penurunan produksi, serta kedepannya diharapkan lapangan Clastic menghasilkan yang sama dengan lapangan Carbonat

“Kami bangga dapat terus melanjutkan kerjasama dengan Exxon, sebagai perusahaan terbesar di dunia dengan pengalaman dan teknologi yang Mumpuni. Kita terus melakukan kerjasama dengan Exxon, termasuk kerjasama carbon capture dan rencana investasi Exxon lainnya di Indonesia. Kita berharap banyak dengan output yang semaksimal mungkin dari lapangan Cepu," pungkas Arifin.