JAKARTA - Direktur Jenderal Minyak dan Gas Bumi Kemeneterian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Tutuka Ariadji menyebut potensi carbon capture and storage (CCS) di RI mencapai 572,77 gigaton (GT).
Jumlah ini melebihi angka yang disebutkan oleh Menteri Koordinator Bidang Maritim dan Investasi (Mekomarves) Luhut Binsar Pandjaitan yakni sebesar 400 GT.
Tutuka mengatakan, potensi besaran CCS pada eplated oil & gas reservoir sebesar 4,85 GT.
"Hasil ini juga lebih besar dari yang disampaikan oleh Rystad, tetapi lebih kecil dari yang disampaikan lembaga lain. Ini akan berkembang dan menjadi perhatian kami untuk memperbaharui data," ujar Tutuka yang dikutip Rabu 21 Februari.
Dikatakan Tutuka, Balai Besar Pengujian Minyak dan Gas Bumi Lemigas telah mendata perkembangan potensi penyimpanan karbon di Indonesia ini lebih besar dari yang disampaikan Rystad Energy namun lebih kecil daripada perkiraan ExxonMobil sehinggaperhitungan ini tidak jauh berbeda.
Perhitungan potensi tersbut dilakukan pada 20 cekungan yang statusnya sudah berproduksi dengan Cekungan terbesar terletak di North East Java dan terkecil di Cekungan Bawean.
"Yang terbesar (cekungan) itu ada di North East Jawa sama yang paling kecil Cekungan Bawean," tambah Tutuka.
Tutuka menjelaskan saat ini RI memiliki 128 cekungan migas dengan rincian 20 cekungan sudah berproduksi, 27 cekungan dengan discovery sementara selebihnya merupakan cekungan prospektif yang belum dieksplorasi.
BACA JUGA:
Sejatinya, kata Tutuka, Lemigas telah melakukan perhitungan poteni penyimpanan karbon RI pada tahun 2015 dan potensi yang tercatat adalah saline aquifer sebesar 9.7 GT dan depleted oil and gas reservoir hanya 2,5 GT.
Adapun temuan tersebut akan dikonsultasikan ke sejumlah lembaga internasional seperti Equinor, BP, dan Chevron.
"Industri biasanya akan mengambil 10 persen dulu dari angka yang ada ini, 10 persen dari 572 gigaton dulu kita pakai untuk dijalankan ke depan, ini kan termasuk kategori prospective resources," tutup Tutuka.