Bagikan:

JAKARTA - Senior Vice President Production, ExxonMobil Indonesia Muhammad Nurdin membeberkan alasan produksi minyak di Banyu Urip mengalami penurunan dari tahun 2022.

Diketahui produksi minyak di Lapangan Banyu Urip pleh ExxonMobil Cepu Ltd. (EMCL) pada tahun 2023 sebesar 155.444 atau turun dari sebelumnya sebesar 165.891.

"Jadi memang Lapangan Banyu Urip ini sudah tidak plateau atau off plateau sejak 2021 tapi Alhamdulillah di 20022 kkta bisa menahan laju produksi yang terus declining," ujar Nurdin yang dikutip Kamis, 14 Maret.

Kendati produksi minyak EMCL mengalami penurunan dari tahun sebelumnya, Nurdin memastikan produksi minyak Blok Cepu masih berada di atas target APBN.

Untuk kembali meningkatkan produksi minyak, Nurdin memastikan pihaknya terus melakukan pengeboran. Salah satu langkah yang diambil tahun ini adalah dengan melakukan tajak sumur infill carbonate dan clastic di Banyu Urip.

"Fokus kami dengan Banyu Urip dan Pertamina, saat ini kami sedang melakukan program drilling. Tahun ini akan ada 2 sumur di karbonat, reservoar di mana kami produksi akan selesai 2 sumur tahun ini. Sisa 5 sumur akan selesai 2025 dan awal 2026," sambung dia.

Untuk informasi, pemboran sumur infill carbonate merupakan bagian dari drilling campaign di Blok Cepu yang dilakukan oleh Exxonmobil dimulai tahun 2024 hingga tahun 2026 yang terdiri dari pemboran 5 sumur infill carbonate dan 2 sumur clastics.

Kegiatan pemboran ini dilakukan di antara sumur produksi existing yang ada di lapangan Banyu Urip untuk mengambil minyak yang tidak bisa diambil oleh sumur sebelumnya sekaligus untuk membuktikan cadangan reservoir clastics (reservoir batu pasir).

Kegiatan ini diharapkan dapat menambah produksi lapangan Banyu Urip sebesar 42 juta barel sehingga dapat meningkatkan produksi minyak di lapangan Banyu Urip yang saat ini berkontribusi sekitar 25 persen dari produksi minyak secara nasional.