Bagikan:

JAKARTA - Peneliti Ahli Utama Pusat Riset Konversi dan Konservasi Energi Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Eniya Listiani Dewi mengungkapkan SPBU Hidrogen milik PT PLN (Persero) baru akan beroperasi secara komersial pada tahun 2027.

Asal tahu saja, PLN meresmikan Hydrogen Refueling Station (HRS) atau stasiun pengisian kendaraan hidrogen pertama di Indonesia yang berlokasi di Senayan, Jakarta pada Rabu 21 Februari.

Eniya menjelaskan, SPBU hidrogen tersebut masih menjadi pilot project untuk uji coba penggunaan hidrogen sebagai bahan bakar alternatif pengganti BBM. Nantinya uji coba tersebut direncanakan akan berlangsung selama 3 tahun terhitung sejak pertama kali diresmikan.

"Kita hadirkan HRS, pertama untuk pilot project, kedua edukasi, baru nanti to be commercialized. Rencana to be commercialized nya itu 2027, jadi uji cobanya 3 tahun," ujar Eniya kepada media yang dikutip Kamis 22 Februari.

Uji coba tersebut kata Eniya, termasuk kelancaran PLN dalam mengangkut hidrogen dari Muara Karang ke Senayan yang menjadi lokasi SPBU Hidrogen pertama.

Setelah diresmikan, Eniya menjelaskan SPBU ini juga akan memulai uji coba pengisian hidrogen pada bus yang direncanakan dilakukan pada Agustus tahun 2024. Setelah bus, uji coba akan dilanjutkan pada mobil pada bulan Oktober di tahun yang sama.

"Berikutnya, hingga Agustus (2024) ada demonstrasi bus karena HRS kami match-kan dengan tekanan bus. Baru sekitar Oktober yang passenger car. Jadi bus dulu, diperbanyak, sehingga orang tahu/aware tentang ini, bahwa hidrogen yang paling non emisi tuh ada. Dari rencana tersebut kami persiapkan," beber Eniya.

Eniya juga memaparkan Peraturan Menteri Perindustrian yang memproyeksikan akan ada kurang lebih 3.000 unit kendaraan berbahan bakar hidrogen pada tahun 2030. Sedangkan Dewan Energi Nasional (DEN) mengusulkan pada tahun 2035 terdapat 245.000 unit truk.

"Udah truk. Kami sedang adjust ke DEN, misal tak hanya truk, tapi juga bus, mungkin ke kapal juga yang tadi dikatakan Bu Vivi (Bappenas). Arahnya ke sana. 2030 diharapkan (harga) hidrogennya lumayan rendah. Sekarang pun sudah rendah, Rp270 per km. Tapi capexnya (mobil) yang mahal," lanjut Eniya.

Terkait capex untuk mobil, Eniya menjelaskan mesin mobil dari industri otomotif nanti jadi akan berupa genset. Kemudian mobil dengan fuel cell hydrogen seperti milik Toyota akan diperbanyak permintaannya sehingga dapat menekan harga mobil per unitnya.

"Capex mobil (fuel cell hydrogen) sekarang itu rata-rata Rp900 juta sampai dengan Rp1 miliar. Mau ditekan hingga separonya, agar lebih affordable. Hidrogennya nya juga sudah lebih murah," pungkas Eniya.