Bagikan:

JAKARTA - PT Unilever Indonesia Tbk (UNVR) beberkan dampak aksi boikot yang dilakukan bagi produk atau perusahaan yang terafiliasi Israel turut memengaruhi kinerja perseroan.

Presiden Direktur UNVR, Benjie Yap menyampaikan bahwa penjualan domestik perseroan turun akibat aksi boikot pada kuartal IV 2023.

“Kami terdampak oleh sentimen konsumen yang negatif pada penjualan domestik. Pada pertengahan November dan Desember 2023 adalah dampak terbesar yang dirasakan,” jelasnya dalam Paparan Kinerja secara daring pada Rabu 7 Februari 2024.

Sebagai informasi, UNVR mencatatkan laba bersih sepanjang 2023 sebesar Rp4,8 triliun. Angka itu turun 10,50 persen jika dibandingkan pada tahun 2022 sebelumnya Rp5,36 triliun.

Sementara, penjualan bersih perseroan turun sebesar 6,32 persen menjadi Rp38,61 triliun pada 2023, dibandingkan pada tahun sebelumnya sebesar Rp41,21 triliun.

Adapun jika dirincikan, penjualan dalam negeri tercatat sebesar Rp37,40 triliun dan penjualan ekspor sebesar Rp1,20 triliun. Berdasarkan produknya, kebutuhan rumah tangga dan perawatan tubuh sebesar Rp25,15 triliun dan produk makanan dan minuman sebesar Rp13,46 triliun.

Untuk mengantisipasi dampak tersebut, Benjie menyampaikan bahwa perseroan telah melakukan beberapa strategi untuk mengembalikan kinerja seperti semula diantaranya dengan mengatasi hoax dan menampakkan sertifikat halal di produknya.

"Dengan intervensi, kami mulai recovery sejak Januari 2024, dan minggu pertama sampai ke empat tren meningkat dan sudah kembali ke baseline," ujarnya

Benjie mengatakan optimis jika perbaikan terus berlanjut, kinerja kedepannya akan kembali seperti tahun sebelumnya. Selain itu, UNVR juga bekerja sama dengan komunitas masjid dan tokoh agama untuk mengatasi sentimen negatif yang beredar di masyarakat.

Selain itu akan secara aktif memantau sebaran informasi terkait perseroan dan melakukan take down terhadap informasi yang salah.

"Ini merupakan langkah penting dan perlu dilakukan bukan hanya satu kali saja,” tuturnya.

Benjie menyampaikan perseroan juga akan mengidentifikasi bidang area toko yang paling terdampak. Hal ini dinilai perlu dilakukan karena kontribusi Unilever Indonesia terhadap induk usaha globalnya termasuk besar, mencapai 4 persen.