Bagikan:

JAKARTA - Baterai Lithium Ferro Phospate (LFP) seketika menjadi perbincangan publik.

Pasalnya, istilah tersebut sempat diungkapkan oleh Calon Wakil Presiden nomor urut 2 Gibran Rakabuming Raka dalam debat cawapres kedua pada Minggu, 21 Januari 2024 lalu.

Baterai ini dinilai memiliki beberapa keunggulan dibanding baterai berbahan Nickel-Mangan-Cobalt (NMC).

Menanggapi hal tersebut, Ketua Asosiasi Industri Motor Listrik (Aismoli) Budi Setyadi mengatakan, antara baterai LFP dan NMC memiliki kelebihan-kelebihan dan kekurangannya masing-masing.

Budi tak menampik bahwa harga dari baterai LFP memang lebih murah dibandingkan baterai NMC. Sebab, bahan material baterai LFP sendiri lebih murah ketimbang baterai LFP.

"Tidak seperti nikel dan cobalt yang relatif susah didapatkan dan mahal, tetapi LFP lebih berat dan lebih besar ukurannya jika dibandingkan NCM," ujar Budi kepada VOI, Rabu, 24 Januari.

Dia menambahkan, usia pakai LFP juga rata-rata tiga kali dari usia pakai NCM, yang mana life cycle LFP sendiri bisa sampai 3.000 kali. Sedangkan, NCM hanya 1.000 kali saja.

"Setelah 1.000 cycle performa baterai LFP akan turun menjadi 80-70 persen, dan masih bisa digunakan 2.000 cycle hingga baterai rusak. Sedangkan untuk NCM, setelah 800 cycle performa akan turun hingga 60 persen dan masih dapat digunakan sekitar 200 cycle," tuturnya.

Menurut Budi, baterai LFP sendiri memang memiliki kelebihan dibandingkan NCM. Namun, untuk performa motor listrik itu sendiri, dia mengembalikan hal tersebut kepada konsumen masing-masing.

"Ini gambaran umur secara ilmiah. Untuk performa di lapangan sendiri bergantung pada kualitas manufaktur dan pengguna," ungkapnya.

Lebih lanjut, Budi mengatakan bahwa hampir seluruh motor listrik yang ada saat ini sudah menggunakan baterai LFP. "Kecuali (motor listrik) Gesit yang menggunakan NCM," pungkasnya.