Bagikan:

JAKARTA - Masyarakat Desa Jagabaya Kabupaten Bogor yang tergabung dalam Gerakan Masyarakat Arus Bawah (Gema Abah) menghadiri audiensi dengan Komisi V DPR RI di Gedung Parlemen, Senayan, Jakarta, pada hari ini.

Bukan tanpa alasan mereka datang ke gedung perwakilan rakyat tersebut. Gema Abah yang dalam hal ini diwakili oleh Ishak menyampaikan aspirasinya terkait penyelesaian jalan di Parung Panjang, Kabupaten Bogor, yang kerap memakan korban.

Ishak menjelaskan, bahwa jalan Parung Panjang semakin hari kian semrawut. Dia menilai, selama ini warga yang tinggal di sekitar daerah tersebut sudah benar-benar membuang waktu untuk mencapai tujuannya.

"Mungkin bapak Haji Mulyadi (anggota Komisi V DPR RI) sudah pernah datang ke sana dan sudah tahu bagaimana Parung Panjang dengan semrawutnya. Jadi kalau buat saya gimana, ya, orang Parung Panjang ini benar-benar boros, boros waktu, boros waktu!," ujar Ishak dalam audiensi dengan Komisi V DPR RI, Senin, 22 Januari.

"Kenapa saya bilang boros waktu? Jadi di Parung Panjang ini sudah bukan lagi macet nasional, itu tiap hari kami macet. Apalagi, buat kami yang pekerja. Tiap hari kami itu kena macet hampir 1 jam lebih mau berangkat kerja, belum pulang kerja," sambungnya.

Dia menilai, hampir seluruh warga di kawasan Parung Panjang harus menyita waktunya hingga sekitar 10 jam dalam kurun waktu kerja lima hari hanya untuk sampai ke tujuan masing-masing.

"Saya anggap kami 1 hari itu mengorbankan waktu 2 jam untuk kerja saja satu hari. Kami aktif kerja itu 5 hari, 2 jam kali 5 (hari) itu 10 jam. Jadi dalam satu minggu kami mengeluarkan waktu cuma-cuma 10 jam. Yang seharusnya produktif tapi kami hamburkan dari Parung Panjang, belum lagi sebulan kalau kami kalikan," katanya.

"Jadi, orang Parung Panjang ini benar-benar boros. Bukan boros kami sebenarnya, yang membuat boros itu pemerintah. Pemerintah yang enggak bisa memberikan jaminan kepada kami untuk bekerja dengan layak, mencari nafkah dengan aman dan tenteram," tambah Ishak.

Sontak, Ishak pun mempertanyakan keberadaan pemerintah daerah maupun pemerintah pusat selama ini. Dia menilai, bahwa pemerintah sudah terlalu lama tidur atau bahkan memang tidak peduli lagi dengan nasib masyarakat di kawasan tersebut.

"Jadi selama ini kemana (pemerintah). Sekarang ini sudah zaman canggih lho, ada media, ada online, belum lagi dari media, pers, wartawan, kelamaan tidurnya apa gimana? atau mungkin emang sering pakai headset jadi nggak kedengaran. Tapi, kan, Parung Panjang ini masih di Indonesia lho dan kalau dari sini ke Parung Panjang lebih dekat, tapi enggak ada yang mau (membenahi)," ucap dia.

Tak hanya itu, Ishak bahkan menceritakan soal kondisi warga di wilayah tersebut yang kerap kehilangan sanak saudara, anak, istri hingga suami, akibat kondisi jalan yang sangat parah dan membahayakan.

"Terus asal bapak tahu di Parung Panjang ini banyak anak yang menjadi yatim, banyak istri yang jadi janda, belum lagi banyak yang cacat. Saya sebenarnya pengen nangis bangat dengan bisa diundang ke sini dan bisa ngomong kayak gini juga nangis, entah bahagia entah kesal, tapi intinya saya bahagia," tuturnya.

Dengan pertemuan yang sudah dilakukan ini, Ishak pun berharap agar Komisi V DPR RI memang betul-betul bisa menyelesaikan permasalah tersebut.

Sebab, Ishak menilai orang-orang yang duduk di kursi DPR RI memang menjadi perwakilan untuk mendengarkan aspirasi masyarakat.

"Mudah-mudahan dengan kami bisa datang ke sini, melalui kebaikan hati pak Haji Mulyadi Parung Panjang bisa berubah," imbuhnya.