Bagikan:

JAKARTA - Dua Produsen bubble tea terkemuka di China, Mixue Group dan Guming Holding mengajukan penawaran umum perdana atau initial public offering (IPO) di Hong Kong.

Melansir CNN Business, Kamis, 4 Januari, berdasarkan laporannya, Mixue berharap dapat mengumpulkan dana hingga 500 juta dolar AS setara Rp7,75 triliun hingga 1 miliar dolar AS setara Rp15,49 triliun.

Sementara itu, Guming Holding menargetkan dari IPO dana sebesar 300 juta dolar AS setara Rp4,65 triliun hingga 500 juta dolar AS setara Rp7,75 triliun. Hal ini mengutip sumber yang tidak disebutkan namanya.

Mixue menolak berkomentar, sementara Guming tidak segera menanggapi permintaan komentar.

Meskipun Tiongkok sedang bergulat dengan tingginya ketidakpastian ekonomi dan rendahnya kepercayaan konsumen, Namun, bioskop hingga makanan dan minuman murah dipandang sebagai titik terang perekonomian.

Seperti diketahui, pasar bubble tea di China cukup besar. Pada tahun 2023, industri ini diperkirakan bernilai 145 miliar yuan (20,4 miliar dolar AS), menurut laporan oleh China Chain Store & Franchise Association.

Mixue, yang menurut perusahaan berarti “salju manis seperti madu” dalam bahasa Inggris, memiliki lebih dari 36.000 toko di seluruh daratan Tiongkok dan 11 pasar luar negeri, seperti Vietnam dan Malaysia.

Perusahaan ini dimulai dengan nama lain – “Coldsnap” – pada tahun 1997, menjual es serut di sebuah toko kecil di kota Zhengzhou, Tiongkok tengah. Dua tahun kemudian, pendirinya memperkenalkan nama merek Mixue.

Pada tahun 2005, perusahaan ini mulai menjual es krim lembut dengan harga hanya 1 yuan (sekitar 15 sen AS), yang dengan cepat menjadi produk laris dan produk andalan pertamanya.

Saat ini, rantai tersebut telah memberikan harga rendah di seluruh menunya, menjual banyak item hanya dengan harga 1 dolar AS. Produk terlarisnya antara lain es krim, limun, dan bubble tea, yang juga disebut boba.

Hal ini telah membantu Mixue, yang diasosiasikan di seluruh Tiongkok dengan logo manusia saljunya yang ceria, menjadi pemimpin pasar. Pada sembilan bulan yang berakhir pada September 2023, perusahaan tersebut memegang posisi terdepan di sektor minuman segar di negara itu, dengan menguasai 11,2 persen pasar dan menghasilkan penjualan sebesar 34,6 miliar yuan (4,9 miliar dolar AS) selama periode tersebut.

Sementara itu, Guming menyebut sebagai jaringan bubble tea terbesar kedua di Tiongkok, dengan 9.000 toko di 200 kota di daratan Tiongkok. Nama perusahaan ini berarti “teh kuno” dalam bahasa Inggris dan diluncurkan pada tahun 2010 di provinsi Zhejiang, Tiongkok timur.

Strategi Guming sebagian besar berfokus pada melayani konsumen di luar kota metropolitan Tiongkok, dengan 79 persen tokonya di kota-kota dianggap berada di tingkat dua atau lebih rendah, menurut prospektusnya.