Tingkatkan Kualitas RS BUMN, Erick Thohir Gaet Perusahaan Konglomerasi Asal Hong Kong
Menteri BUMN Erick Thohir (Foto: dok. Antara)

Bagikan:

JAKARTA - Perusahaan konglomerasi asal Hong Kong dikabarkan bakal menjalin kerja sama dengan PT Pertamina Bina Medika (Pertamedika) atau Indonesia Healthcare Corporation (IHC). Kerja sama ini sebagai upaya untuk meningkatkan kualitas rumah sakit (RS) BUMN.

Mengutip Bloomberg, perusahaan konglomerasi Swire Pacific Ltd ini sedang dalam pembicaraan lanjutan untuk membeli saham minoritas di IHC. Kesepakatan direncanakan selesai akhir tahun ini dan bernilai sekitar 450 juta dolar AS sampai 650 juta dolar AS untuk IHC.

Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir pun tak menampik kabar tersebut. Erick bilang Hong Kong Swire Pasific Ltd akan menjadi strategic partener atau mitra strategis IHC.

“Kita benchmarking dengan sebuah institusi besar, Swire dari Hong Kong, yang punya Cathay Pacific (maskapai besar asal Hong Kong), untuk menjadi strategic partner. Untuk meningkatkan kualitas rumah sakit BUMN agar bisa bersaing dengan private sector,” ujarnya saat ditemui di Waskita Rajawali Tower, Jakarta, Rabu, 13 Desember.

Seiring dengan terbentuknya IHC sebagai holding yang menaungi rumah sakit-rumah sakit BUMN, sambung Erick, maka diperlukan sejumlah perbaikan untuk menyamakan standar dan peningkatan kelas.

Berdasarkan laman resmi perusahaan, IHC saat ini menaungi sebanyak 76 rumah sakit, dan 143 klinik kesehatan yang tersebar di seluruh Indonesia.

“Jangan sampai rumah sakit BUMN seperti yang punya PTPN, Pelni, Pertamina tidak punya standar yang sama,” katanya.

Selain itu, Erick menjelaskan, perlu dilakukan perbaikan pada sisi manajemen rumah sakit dan perlu mengatasi persoalan kurangnya tenaga medis yang kompeten. Termasuk perbaikan sistem pengobatan.

Erick juga bilang metode penanganan pasien di RS BUMN saat ini mulai diarahkan untuk melibatkan diskusi dengan para dokter ahli umtuk menetapkan jenis pengobatan apa yang tepat.

“Sejak awal saya bilang rumah sakit BUMN sekarang sistemnya harus berubah. Ada pasien masuk, dokter ahli duduk bersama, menentukan langkah-langkahnya apa, obatnya apa. Jangan masing-masing ngasih obat. Dan nanti didampingin oleh dokter muda. Itu yang kita mau dorong di BUMN,” katanya.

Erick mengatakan upaya peningkatan jumlah dokter yang kompeten juga terus dilakukan. Salah satunya dengan mengajak para dokter diaspora untuk berkarir di Indonesia.

“Dokter Indonesia yang di luar negeri itu banyak. Dokter jantung nomor satu di Singapura orang Indonesia. Anak-anak orang Indonesia yang udah lulus kedokteran di Jerman, di mana-mana, masa enggak bisa pulang? Kalau dia mau mengabdi di Indonesia, kenapa tidak?," papar Erick.