JAKARTA - Kementerian Koperasi dan UKM (Kemenkop UKM) mendorong koperasi pondok pesantren (kopontren), termasuk yang ada di Sumatera Utara (Sumut) untuk menjadi klaster pertumbuhan ekonomi baru, dengan terhubung ke dalam rantai pasok usaha besar maupun global.
Staf Khusus Menteri Koperasi dan UKM (Stafsus Menkop UKM) Bidang Pemberdayaan Ekonomi Kerakyatan M Riza Damanik mengatakan, sebagai negara dengan jumlah penduduk Muslim terbesar di dunia, UMKM Indonesia seharusnya bisa menjadi kiblat dari industri halal di kancah dunia.
"Indonesia sebagai negara dengan jumlah penduduk Muslim terbesar di dunia, serta jumlah pesantren sekitar 39.000 dengan jumlah santri lebih dari 4 juta orang merupakan potensi untuk memulai pengembangan ekonomi berbasis rantai pasok. Dengan begitu, UMKM kami bisa menjadi kiblat dari industri halal dunia," kata Riza dalam keterangan tertulis yang diterima VOI, Selasa, 5 Desember.
Untuk mencapai hal tersebut, Riza mengatakan, ada dua prasyarat dalam mewujudkan Indonesia sebagai kiblat industri halal dunia, yakni Sumber Daya Manusia (SDM) yang unggul dan memiliki inovasi teknologi.
"Dulu kekuatan negara-negara di dunia adalah mengandalkan Sumber Daya Alam (SDA), siapa yang memiliki SDA berlimpah merekalah yang berkuasa. Namun sekarang sudah berubah, negara yang memiliki SDM kuat, mereka yang menguasai dunia," ujarnya.
Kegiatan capacity building terhadap 30 pengurus Kopontren, dengan tema ‘Penguatan Manajemen Bisnis dan Rantai Pasok Pengembangan Usaha’ yang diselenggarakan pada 30 November hingga 3 Desember 2023 di Sumatera Utara, diharapkan mampu melahirkan pejuang ekonomi yang tangguh dan mandiri berbasis Kopontren.
"Punya SDA itu penting tapi lebih penting lagi punya SDM yang unggul," ucap dia.
Dia pun mencontohkan, Jepang yang menetapkan industri strategis nasionalnya pada industri otomotif dan elektronik, maka dalam waktu yang bersamaan sentra-sentra UMKM Jepang menjadi pendukung industri tersebut.
"Maka, setiap kami menggunakan mobil buatan Jepang, sesungguhnya kita menggunakan spare part mobil dari UMKM Jepang. Kontribusi UMKM Jepang terhadap PDB-nya sudah lebih dari 60 persen, UMKM Jepang terhubung dengan rantai pasok usaha besar,” ucap Riza Damanik.
Riza juga meminta Kopontren di Sumatera Utara untuk mencontoh Kopontren Al-Ittifaq yang telah sukses terhubung dengan pasar ritel modern seperti, AEON Mall, Superindo, dan lainnya.
"Setelah skema ini terjadi, koperasi mendapatkan pembiayaan, petani yang tadinya tidak mengakses pembiayaan menjadi bisa mengakses pembiayaan. Koperasi mendapat pembiayaan dari LPDB-KUMKM. Koperasi dapat membeli secara tunai ke petani. Rantai pasok inilah yang ingin dikembangkan," tuturnya.
BACA JUGA:
Sementara itu, Kepala Dinas Koperasi dan UKM Provinsi Sumatera Utara Naslindo Sirait menyebut, Kopontren mempunyai peran strategis sebagai penggerak ekonomi bangsa.
"Pondok pesantren menjadi pendorong dan penggerak koperasi di desa sekaligus membangun sosio kultural, yaitu pentingnya berkelompok tumbuh secara ekonomi dan sosial," ungkapnya.
Naslindo juga berkomitmen untuk mengembangkan Kopontren di Sumatera Utara untuk bisa terhubung ke dalam rantai pasok usaha besar, sehingga mampu menciptakan sumber ekonomi baru.