Bagikan:

JAKARTA - Kementerian Koperasi dan UKM (Kemenkop UKM) menyebut, kini saatnya mewujudkan kolaborasi usaha besar untuk menciptakan UMKM rantai pasok global yang berdaya saing tinggi.

"Kami mendorong usaha besar untuk memberikan dukungan transfer teknologi bagi UMK agar ada peningkatan usaha pelaku UMK. Jadi, ke depan pelaku UMK tidak selalu menjadi produsen barang jadi, tetapi dapat menjadi pemasok kebutuhan di industri besar," kata Menteri Koperasi dan UKM (Menkop UKM) Teten Masduki dalam keterangan tertulis yang diterima VOI, Selasa, 22 Agustus.

Menteri Teten mengatakan, postur UMKM yang didominasi oleh pelaku usaha mikro ini menjadikan pola kemitraan antara usaha mikro dan usaha kecil dengan usaha besar sebagai strategi untuk menaikkelaskan UMKM.

Dia menambahkan, Kemenkop UKM terus menginisiasi terwujudnya kemitraan tersebut. Pihaknya juga mendorong pelaku UMK untuk menghasilkan produk yang dibutuhkan di sepanjang rantai nilai bisnis usaha besar.

"Selama ini, kami terus mendorong UMKM agar naik kelas. Salah satunya terkait upaya mempermudah perizinan bagi UMKM melalui pendampingan. Sehingga, tak ada lagi UMKM informal, paling tidak mereka punya NIB (Nomor Induk Berusaha), bahkan memudahkan mereka untuk mendapat sertifikasi halal termasuk pembiayaan," ujarnya.

Teten mengungkapkan, ketidakpastian ekonomi global tahun depan masih akan terjadi. Namun, Indonesia masih tetap optimistis pertumbuhan ekonomi di atas lima persen. Bahkan, sudah sekitar tujuh triwulan terakhir ekonomi Indonesia tumbuh di atas 5,2 persen.

Dari negara G20, hanya Indonesia negara berkembang yang mengalami pertumbuhan di atas 5 persen, selain India dan China.

Salah satu pertumbuhan tersebut, lanjut Teten, kontribusi terbesar pertumbuhan ekonomi nasional adalah dari konsumsi rumah tangga yang erat kaitannya dengan UMKM.

"Hanya satu persen ekonomi dikuasai usaha besar. Lantas bagaimana ini agar tetap berjalan? Ekonomi yang dikuasai ekonomi besar yang satu persen ini harus terus berinovasi dan mengembangkan bisnisnya agar rantai pasok tetap berjalan," pungkasnya.

Berdasarkan data Kemenkop UKM pada 2019, terdapat kurang lebih 64 juta unit Usaha Mikro (99,9 persen dari total populasi usaha) telah memberikan dampak baik terhadap perekonomian nasional, seperti berkontribusi pada PDB (61,07 persen), tenaga kerja (96,9 persen), ekspor non migas (14,4 persen), UMKM yang masuk dalam rantai nilai global (4,1 persen), investasi UMKM nasional (60 persen), kemitraan UMK dan UMB (7 persen), serta rasio kewirausahaan nasional (3,47 persen).

Berbagai upaya terus dilakukan untuk mengembangkan UMKM di Indonesia, serta membantu mengatasi permasalahan yang dihadapi UMKM dalam usahanya. Kolaborasi menjadi kunci utama pengembangan UMKM yang jumlahnya sangat besar ini.