Bagikan:

JAKARTA - Nilai tukar rupiah kembali berpotensi melemah pada hari Selasa 31 Oktober 2023 seiring dinamika global yang masih diterpa ketidakpastian, penguatan dolar AS dan kekhawatiran akan potensi eskalasi perang Israel-Hamas.

Mengutip Bloomberg, nilai tukar Rupiah hari Selasa 31 Oktober, di pasar spot melemah 0,03 persen ke level Rp15.895 per dolar AS dari posisi sebelumnya di Rp15.890 per dolar AS.

Selanjutnya, rupiah Jisdor Bank Indonesia (BI) menguat 0,16 persen menuju level Rp15.916 per dolar AS dari posisi akhir pekan lalu Rp15.941 per dolar AS.

Ibrahim Assuaibi Direktur PT.Laba Forexindo Berjangka mengatakan indeks dolar menguat terhadap mata uang lainnya, mempertahankan sebagian besar kenaikannya dari minggu lalu karena sebagian besar pasar masih khawatir terhadap keputusan suku bunga Fed pada hari Rabu dan Imbal hasil Treasury AS juga menguat pada hari Senin, masih berada dalam jangkauan puncak baru-baru ini.

"Bank sentral akan mempertahankan suku bunganya, namun kemungkinan akan memberikan sinyal suku bunga yang lebih tinggi untuk jangka waktu yang lebih lama karena bank terus bergerak melawan inflasi yang terlalu panas," jelasnya, Senin 31 Oktober.

Ibrahim menyampaikan para ekonom optimistis bahwa ekonomi Indonesia bisa tumbuh di angka 5 persen di tengah adanya dua konflik geopolitik, membuat dinamika global masih diterpa ketidakpastian.

Di sisi lain, serangan Hamas ke Israel memicu ketegangan di wilayah Timur Tengah. Pasokan komoditas kembali tersendat. Naiknya harga minyak memberi dampak ke berbagai negara. Meski begitu, di tingkat nasional.

Ibrahim mengatakan pada tahun politik akan mendorong daya belanja masyarakat sehingga para Ekonom juga mendorong pemerintah untuk meningkatkan sektor komoditas dan industri manufaktur untuk mendorong pertumbuhan ekonomi.

"Perlu diketahui, 50 persen dari pertumbuhan ekonomi berasal dari konsumsi rumah tangga, sisanya dari investasi, kemudian ekspor dan impor. Untuk itu, kita harus menjaga daya beli masyarakat dan menjaga stabilitas harga komoditas," Jelasnya.

Ibrahim menyampaikan saat ini negara-negara sedang mengalami permasalahan inflasi, ketegangan politik di kawasan memicu permasalahan lainnya. Adapun, Data International Monetary Fund (IMF) memperkirakan pertumbuhan ekonomi global bisa melambat menjadi 2,9 persen pada 2024 dari perkiraan sebelumnya di angka 3 persen.

Ketidakpastian global juga dipicu perlambatan ekonomi Amerika dan China. Saat ini Amerika berada pada tekanan inflasi, sehingga memaksa The Fed harus menahan daya beli masyarakat. Namun pada sisi lain mereka juga harus bisa menjaga jumlah uang yang beredar.

Sementara China saat ini sedang mengalami kisruh Evergrande yang mengalami permasalahan keuangan. IMF juga melaporkan bahwa pada triwulan ketiga 2023, ada semacam pesimisme dikarenakan pressure inflasi tetap ada dan pertumbuhan ekonomi cenderung stagnan atau bahkan menurun akibat ketidakpastian global.

Ibrahim memperkirakan rupiah akan bergerak fluktuatif namun ditutup melemah pada perdagangan Selasa 31 Oktober dalam rentang harga Rp15.870- Rp15.950 per dolar AS.