Pergerakan Rupiah Jumat 27 Oktober Masih Dibayangi Sentimen AS dan Timur Tengah
Ilustrasi (Foto: Dok. Antara)

Bagikan:

JAKARTA - Nilai tukar rupiah masih berpotensi melemah pada hari Jumat 27 Oktober 2023 seiring penguatan dolar AS dan kekhawatiran akan potensi eskalasi perang Israel-Hamas.

Sebagai informasi, berdasarkan data Bloomberg, rupiah lanjut melemah 0,31 persen ke level Rp15.919 per dolar AS pada perdagangan Kamis 26 Oktober 2023.

Selanjutnya pada kurs acuan Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (JISDOR) Bank Indonesia, nilai tukar rupiah berada di angka Rp15.933 melemah dari Rp15.871 pada hari perdagangan sebelumnya.

Ibrahim Assuaibi Direktur PT.Laba Forexindo Berjangka mengatakan kekhawatiran akan potensi eskalasi perang Israel-Hamas masih terus terjadi seiring dengan berlanjutnya serangan rudal ke Gaza, sementara Israel menegaskan kembali komitmennya untuk melakukan serangan darat di wilayah tersebut.

"Suku bunga AS yang lebih tinggi mendorong kenaikan dolar dan imbal hasil Treasury. Meskipun tanda-tanda kekuatan ekonomi AS diperkirakan akan meningkatkan selera risiko, hal ini juga diperkirakan akan memberikan ruang bagi Federal Reserve untuk mempertahankan suku bunga lebih tinggi dalam jangka waktu yang lebih lama," jelasnya, Jumat 27 Oktober.

Ibrahim menyampaikan di Asia, Para pedagang berusaha mengukur seberapa besar ledakan ekonomi yang akan dihasilkan oleh rencana penerbitan obligasi pemerintah Tiongkok sebesar 1 triliun yuan atau 136 miliar dolar AS. Mata uang ini masih berada di bawah tekanan akibat keraguan atas pemulihan ekonomi, serta krisis di pasar properti.

Selain itu, pelaku pasar terus memantau perang yang terjadi antara Israel dan Hamas.

Hal tersebut mulai dirasakan dampaknya terhadap harga minyak dunia yang terus merangkak naik.

Risiko dan ketidakpastian global semakin meningkat, Ibrahim menyampaikan hal ini dapat memberikan dampak rambatan atau spill over ke dalam negeri yang bisa mempengaruhi nilai tukar, inflasi, dan pertumbuhan ekonomi.

Ibrahim mengatakan, pada 2022 lalu akibat adanya perang antara Rusia vs Ukraina, harga minyak melonjak 128 dolar AS per barel, dari 60-70 dolar AS per barel.

"Saat ini, harga minyak yang sebelumnya sudah turun kembali melonjak lebih dari 90 dolar AS per barel," jelasna

Menurut Ibrahim, dengan adanya perang di Palestina, yang merupakan zona middle east adalah zona produksi minyak minyak dan gas terbesar dunia, gejolaknya sudah mulai terefleksi.

"Sesudah harga minyak turun, sempat 80-an dolar AS per barel lagi, sekarang melonjak dan menembus 90 dolar AS. Ini level bukan hanya suplai demand, tapi psikologi karena perang," tuturnya

Selain itu, soal harga gas yang pergerakannya masih minus 29,6 persen secara year to date (ytd).

Kemudian, batu bara selama ini menurun cukup besar -63,6 persen.

Hal ini memengaruhi APBN cukup besar karena batu bara menyumbangkan pajak maupun PNBP, bahkan bea keluar kalau itu diterapkan.

Ibrahim memperkirakan, rupiah akan bergerak fluktuatif namun ditutup melemah pada perdagangan Jumat 27 Oktober dalam rentang harga Rp15.910-Rp15.970 per dolar AS.