Neraca Transaksi Berjalan RI Diramal Defisit di 2023, Ini Penyebabnya
Ilustrasi (Foto: Dok. Antara)

Bagikan:

JAKARTA - Neraca perdagangan barang Indonesia masih terus menunjukkan surplus selama 41 bulan berturut-turut sejak Mei 2020 hingga September 2023.

Pada kuartal III-2023, neraca perdagangan barang Indonesia secara total mencatat surplus sebesar 7,85 miliar dolar AS.

Indonesia masih tetap mampu menunjukkan resiliensi, walaupun kondisi global turut memengaruhi kinerja ekspor Indonesia.

Hal ini dibuktikan dengan kemampuan ekonomi Indonesia mencatatkan pertumbuhan tinggi pada kuartal II tahun 2023 sebesar 5,17 persen (yoy).

Ekonom Bank Permata Josua Pardede mengatakan neraca perdagangan membukukan surplus yang lebih tinggi dibandingkan dengan bulan sebelumnya, karena nilai impor anjlok lebih dari yang diperkirakan.

Menurut Josua, kinerja impor dan ekspor secara tahunan terus mengalami kontraksi di bulan September 2023.

Secara kumulatif, neraca perdagangan di bulan Januari hingga September 2023 mencatat surplus sebesar 27.75 miliar dolar AS, lebih rendah jika dibandingkan surplus di bulan Januari hingga September 2022 sebesar 39.85 miliar dolar AS.

"Dikarenakan penurunan kinerja bulanan impor yang lebih dalam dibandingkan kinerja bulanan ekspor," jelasnya kepada VOI, Kamis, 19 Oktober.

Surplus neraca perdagangan di September 2023 terutama didorong oleh penurunan pada semua kelompok impor, seperti impor barang konsumsi, bahan baku, dan barang modal yang masing-masing turun sebesar 22.10 persen (mom), 4.86 persen (mom), dan 12.27 persen (mom).

Josua meyampaikan, impor barang konsumsi menurun di tengah penurunan impor beras selama musim panen, sementara impor bahan baku dan barang modal mengalami kontraksi di tengah perlambatan di sektor manufaktur karena kekhawatiran terhadap stabilitas Rupiah dan meningkatnya sentimen terhadap pemilu 2024.

"Selama tahun pemilu, banyak investor cenderung mengambil tindakan "wait and see" dan dengan demikian menghentikan ekspansi mereka," jelasnya.

Namun, secara kumulatif, impor barang konsumsi dan barang modal masih mencatat pertumbuhan sebesar 7,34 persen (yoy) dan 9,11 persen (yoy) pada Januari hingga September 2023, menunjukkan ekonomi domestik yang cukup kuat hingga kuartal III-2023.

Sementara itu, impor bahan baku secara kumulatif turun 13,32 persen (yoy).

Mengingat surplus perdagangan kumulatif di kuartal III-2023, Josua memperkirakan transaksi berjalan di kuartal III-2023 akan mencatat defisit sekitar 0,5 persen hingga 0,7 persen dari PDB.

Secara keseluruhan, Josua memperkirakan transaksi berjalan pada tahun 2023 akan mencatat sedikit defisit sekitar 0,1 persen hingga 0,5 persen dari PDB.