JAKARTA – Reku bekerja sama dengan Asosiasi Blockchain Indonesia (ABI) terus melanjutkan upaya literasi aset kripto dan teknologi blockchain di kalangan mahasiswa.
Chief Operating Officer (COO) Reku Jesse Choi mengatakan, Reku dan ABI akan melangsungkan kegiatan literasi crypto dan blockchain dalam program ABI Goes to Campus di empat kampus ternama di Indonesia, yakni Universitas Indonesia, Institut Teknologi Bandung, Institut Pertanian Bogor, dan Universitas Bina Nusantara (Binus) hingga akhir tahun 2023.
Jesse menyampaikan edukasi dan literasi merupakan kegiatan yang konsisten diadakan dan merupakan fundamental terpenting sebelum masyarakat masuk ke aset kripto. Reku memberikan pemahaman dan praktik mengenai konsep, potensi, risiko, serta tren pasar kripto.
"Sehingga generasi muda bisa semakin melek dengan opsi investasi yang ada serta dapat mengambil keputusan berinvestasi yang lebih bijak,” kata Jesse dalam keterangan resminya, Kamis, 19 Oktober.
Jesse melanjutkan, sekitar 48 persen pengguna Reku merupakan generasi millenial dan Gen Z. Hal tersebut menggambarkan besarnya ketertarikan dan partisipasi generasi ini di dunia kripto dan blockchain.
"Untuk itu, melalui kegiatan literasi ini juga diharapkan semakin meningkatkan pemahaman dan partisipasi mahasiswa di ekosistem kripto,” imbuh Jesse.
Selain mengadakan kegiatan literasi, Reku juga mengajak mahasiswa ikut terlibat aktif dalam grup komunitas online.
Oleh karena itu, Reku mengajak mahasiswa untuk bergabung ke komunitas online Reku yang saat ini sudah menjangkau puluhan ribu anggota.
Dengan begitu, mahasiswa bisa saling berinteraksi dengan investor kripto lainnya mengenai kondisi pasar dan pertumbuhan ekosistem kripto secara keseluruhan.
"Reku mengimbau mahasiswa untuk rutin memantau mengenai kondisi pasar kripto, salah satunya melalui Learning Hub Reku yang di-update setiap harinya,” pungkas Jesse.
Selain melalui kegiatan edukasi crypto dan blockchain bagi mahasiswa, Reku juga terus mendukung peran asosiasi di ekosistem kripto.
Dalam hal ini, ABI dan Asosiasi Pedagang Aset Kripto Indonesia (Aspakrindo) yang sudah resmi melakukan penggabungan, menjadi awalan yang baru untuk memperkuat sinergi ekosistem kripto dan blockchain di Tanah Air.
Ketua Umum Aspakrindo sekaligus Chief Compliance Officer (CCO) Reku Robby menyatakan penggabungan Aspakrindo-ABI akan mendorong kolaborasi antar stakeholders yang lebih efektif dalam menjawab peluang serta tantangan yang ada.
“Penggabungan Aspakrindo-ABI dilakukan secara operasional. Saat ini, kedua asosiasi telah menjalankan kepengurusan secara bersama guna mendukung sinergi, pengawasan, pengembangan industri aset kripto yang berkelanjutan," Jelasnya.
Robby menyampaikan Apakrindo-ABI berkomitmen untuk bersama-sama meningkatkan edukasi, transparansi, serta memastikan operasional ekosistem kripto dan blockchain berjalan dengan sehat.
Sebagai pelaku exchange, Robby menambahkan, penggabungan Aspakrindo-ABI juga merupakan kabar baik karena dapat mempercepat proses koordinasi untuk mengambil langkah-langkah konkrit dalam mengembangkan ekosistem kripto yang berkelanjutan.
"Ke depannya, Reku siap memberikan dukungan penuh untuk segala upaya kolaborasi, termasuk dengan asosiasi dan regulator demi mendorong potensi ekosistem kripto. Di antaranya seperti peningkatan adopsi kripto serta variasi produk dan layanan di ekosistem, dan penanggulangan platform ilegal,” terangnya.
Robby mengatakan, Reku akan terus melanjutkan kolaborasi bersama multi-stakeholders.
Lantaran peluang di ekosistem kripto sangat besar. Karenanya, dibutuhkan kolaborasi untuk menggarap potensi yang ada. Selain kegiatan edukasi, juga termasuk bersama regulator seperti Bursa untuk meningkatkan kepercayaan dan keamanan pengguna.
"Saat ini Bursa Kripto tengah berfokus pada proses pemberian izin Pedagang Fisik Aset Kripto (PFAK). Reku juga terus kooperatif dengan pihak Bursa, Kliring, dan Kustodian, untuk mendukung agar proses pemberian izin ini berjalan dengan lancar,” jelas Robby.
Senada dengan Robby, Asih Karnengsih selaku Executive Director Aspakrindo-ABI mengatakan Aspakrindo-ABI memiliki visi yang sama untuk menyatukan dan mendorong kolaborasi antarpemangku kepentingan.
BACA JUGA:
Sebelumnya, ABI telah menaungi 57 anggota yang terdiri dari pelaku usaha serta komunitas kripto, blockchain, dan Web3.
Ke depannya, merger antara Aspakrindo-ABI akan dilanjutkan ke pengembangan program-program yang bertujuan untuk meningkatkan kebermanfaatan teknologi blockchain bagi pelaku usaha, baik dari sisi keamanan, partisipasi dan kepercayaan masyarakat, skalabilitas, serta berbagai manfaat lainnya.
Asih menyatakan, ini menjadi ujung tombak dalam mengembangkan ekosistem kripto. Salah satu tantangan terbesar di ekosistem ini adalah edukasi.
"Masih banyak masyarakat yang ragu-ragu bahkan takut masuk ke ekosistem kripto karena kurangnya edukasi. Maka dari itu, kerjasama dengan Reku untuk mengedukasi kalangan mahasiswa tentu akan dilanjutkan di kota-kota lainnya dan menargetkan masyarakat yang lebih luas,” tutur Asih.