<i>Roller Coaster</i> Inflasi kerena Migas, Sri Mulyani: Penanganan Indonesia Tidak Ortodoks
Ilustrasi (Foto: Dok. Antara)

Bagikan:

JAKARTA – Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani mengatakan bahwa lonjakan harga komoditas energi dunia, seperti minyak bumi dan gas (migas), telah mendorong peningkatan inflasi secara signifikan. Menurut dia, kondisi itu membuat inflasi di sejumlah negara maju mencapai rekor tertinggi dalam 40 tahun terakhir.

“Amerika Serikat malahan dalam tiga dekade terakhir inflasi sangat rendah di bawah 2 persen, sementara Eropa hanya sekitar 0 persen dengan perubahan yang ringan atau bahkan deflasi. Tiba-tiba, inflasi sekarang mendapat tekanan besar akibat harga energi,” ujarnya di agenda The 4th International Convention On Indonesian Oil and Gas (ICIOG), Rabu, 20 September.

Menkeu menjelaskan, situasi itu diperparah dengan adanya inflasi di sektor pangan. Kombinasi tersebut menjadikan inflasi menjadi sangat tinggi di negara maju.

“Indonesia sendiri bukan berarti tidak terdampak dari situasi ini. Tekanan juga terjadi akibat harga energi dan pangan. Tetapi, kami mengatasi hal ini dengan cara yang tidak ortodoks. Kami tidak merespon hanya dengan kebijakan moneter, yaitu menaikan suku bunga acuan, tapi kami mengatasinya isu juga dengan langsung ke pusat permasalahan, seperti pada sisi suplai dan logistik serta sisi distribusi,” tuturnya.

Melalui cara ini, sambung Menkeu, Indonesia bisa menangani inflasi pada level yang relatif moderat. Itulah sebabnya pemulihan ekonomi yang berasal dari konsumsi domestik bisa terus-menerus terjadi.

“Tapi tentu saja strategi ini punya ongkos, kami harus menyediakan subsidi yang menjadi tekanan besar setelah terjadinya pandemi. Disini kami harus melakukan konsolidasi fiskal agar kredibilitas APBN bisa tetap terjaga di jangka waktu menengah hingga panjang,” katanya.

“Saat ini, kesehatan APBN relatif terjaga. Tidak banyak negara yang bisa mencapai pemulihan ekonomi dengan dibarengi stabilitas, inflasi yang rendah, serta konsolidasi fiskal yang sehat. Jadi ini adalah pencapaian (bagi Indonesia),” tegas Menkeu.

VOI mencatat, inflasi umum (indeks harga konsumen/IHK) pada Agustus 2023 adalah sebesar 3,27 persen secara tahunan (year on year/yoy). Angka tersebut naik dari Juli 2023 yang sebesar 3,08 persen. Meski demikian, angka tersebut sudah masuk dalam target pemerintah tahun ini yang sebesar 3 persen plus minus 1 persen.

Untuk diketahui, inflasi pernah melonjak ke level tertinggi pada Desember 2022 yang sebesar 5,51 persen akibat kenaikan harga bahan bakar minyak serta harga pangan.