JAKARTA – Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani mengatakan bahwa kenaikan inflasi di Indonesia masih terjaga dan relatif moderat dibandingkan dengan negara peers. Menurut dia, kondisi tersebut berkat penanganan inflasi nasional dilakukan dengan dua metode, yakni konvensional dan nonkonvensional.
“Konvensional adalah menggunakan instrumen moneter yaitu Bank Indonesia mulai menaikkan suku bunga untuk meredam inflasi,” ujarnya dalam pernyataan tertulis pada Jumat, 25 November.
Sementara untuk yang nonkonvensional, sambung Menkeu, ditempuh lewat aktivasi dari Tim Penanganan Inflasi Pusat (TPIP) dan Tim Pengendali Inflasi Daerah (TPID).
Dia menerangkan, jika dilihat dari sisi volatile food bisa diturunkan secara cukup impresif semenjak pertengahan tahun ke level 7,2 persen.
“Sementara itu dari sisi harga yang diatur pemerintah atau administered price menunjukkan peningkatan karena adanya kenaikan bahan bakar minyak (BBM) pertalite dan solar,” tutur dia.
BACA JUGA:
Bendahara negara menambahkan, di sisi lain inflasi inti (core inflation) menjadi fokus utama bagi Bank Indonesia untuk mengendalikan. Menkeu menyebut jika dari faktor konsumen masih sangat kuat terlihat dari agregat demand yang meningkat cukup bertahan dan menjadi perhatian dari bank sentral untuk menetapkan kebijakan.
“Jadi overall Indonesia dengan 5,7 persen, inflasi kita masih dalam tahap yang relatif moderat atau baik dibandingkan negara-negara lain yang sama seperti kita,” katanya.
“Bahkan tadi negara-negara emerging yang lain maupun negara-negara maju di G20 sekarang malah inflasinya dobel digit, kecuali Amerika yang sudah mulai menunjukkan penurunan inflasi 7,7 persen. Ini kondisi ini yang akan terus kita pelajari dan kita waspadai dampaknya kepada perekonomian kita,” tutup Menkeu Sri Mulyani.