Bagikan:

JAKARTA – Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani mengatakan bahwa banyak negara kini menghadapi tantangan dalam menghadirkan pembiayaan berkelanjutan (sustainability) guna mengatasi berbagai dinamika, seperti perubahan iklim.

“Banyak orang sudah memperkirakan apa yang diperlukan untuk menyelamatkan dunia dari ancaman perubahan iklim. Keuangan berkelanjutan adalah salah satu hal yang paling penting. Dan kita semua tahu bahwa kebutuhan untuk memobilisasi pembiayaan sangatlah penting,” ujarnya dalam Indonesia Sustainability Forum 2023 seperti yang dilansir laman resmi hari ini, Jumat, 8 September.

Menkeu mencontohkan, Indonesia dengan pertumbuhan ekonomi 5 persen membuat kebutuhan energi terus meningkat. Hal ini kemudian menuntut solusi bagaimana menekan emisi karbon tanpa mempengaruhi dari proses pertumbuhan itu sendiri.

“Kita harus berinvestasi lebih banyak pada energi terbarukan, ada juga usulan untuk menghentikan penggunaan batu bara lebih awal,” tuturnya.

Menkeu mencatat, berdasarkan hasil pembahasan di United Nations Framework Convention on Climate Change (UNFCCC) dalam COP26 di Glasgow, Indonesia diperkirakan akan mencapai Nationally Determined Contribution (NDC) dalam pengurangan CO2 lebih dari 42 persen dengan kerja sama internasional, akan membutuhkan 280 miliar dolar AS. Pembiayaan ini akan diperoleh dari APBN, penerbitan green sukuk, dan juga membuka kemitraan dengan blended finance.

Dalam kesempatan tersebut, Menkeu juga berharap setiap forum internasional yang membahas tentang sustainabilitas agar memberikan hasil yang baik.

“Karena jika tidak, maka kita akan membicarakan forum keberlanjutan di banyak tempat berbeda, semua orang terbang, menambah CO2 tetapi tidak memberikan hasil, dan kita menciptakan situasi yang lebih buruk bagi dunia. Jadi setiap pertemuan kita harus mempunyai ambisi bahwa ada kemajuan yang perlu dicapai dan dimana masalah yang sebenarnya perlu diselesaikan,” tutup dia.