Bagikan:

JAKARTA - Direktur Utama PT Pertamina (Persero) Nicke Widyawati membuka kemungkinan untuk menambah mitra dalam mengelola Lapangan Abadi Masela.

Menanggapi hal ini Kepala Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) Dwi Soetjipto mengatakan belum mendengar kabar mengenai partner terbaru yang akan masuk dan ikut menggarap Blok Masela.

"Belum ada. Yang satu partner itu siapa lagi? Pokoknya apapun perubahannya jangan sampai menghambat proyek , Itu saja," ujar Tjip, sapaan akrabnya kepada media di Gedung DPR RI, Kamis 31 Agustus.

Ia memaklumi jika Pertamina membuka opsi tersebut mengingat biaya yang dibutuhkan untuk mengelola dan mengembangkan Blok Masela terbilang cukup besar. Ia juga mempersilakan Pertamina menggandeng partner lain selama tidak mengganggu dan menghambat proses pengembangan blok Masela.

"Kita sudah sepakat semua, 2029 harus onstream," imbuh Tjip.

Sebelumnya dalam Rapat Dengar Pendapat dengan Komisi VII DPR RI, Dirut Pertamina mengatakan pihaknya tidak menutup kemungkinan menggandeng patner baru.

"Tidak menutup kemungkinan untuk adanya pihak lain yang akan melengkapi kompetensi blok ini yang dalam eksekusinya dari sisi teknis memang cukup complicated hingga kita harus pastikan semua berjalan baik," beber Nicke, Rabu 30 Agustus.

Melalui pengumuman di laman resmi Shell, diketahui untuk mencaplok WK yang berlokasi di Laut Arafuru ini, Pertamina dan Petronas harus merogoh kocek hingga 650 juta dolar AS atau setara dengan Rp9,75 triliun.

Manajemen Shell menulis, pertimbangan dasar untuk penjualan tersebut adalah sebesar 325 juta dolar AS dalam bentuk tunai dengan tambahan jumlah kontingen sebesar 325 juta dolar AS yang harus dibayarkan saat keputusan investasi akhir atau final investment decision (FID).

"Keputusan untuk menjual partisipasi kami di Masela PSC sejalan dengan fokus kami pada alokasi modal yang disiplin,” ujar Direktur Gas dan Hulu Terintegrasi ShellZoë Yujnovich, Selasa, 25 Juli.