JAKARTA – Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani mengungkapkan, dinamika geopolitik yang melibatkan China dengan Amerika Serikat membawa berkah tersendiri bagi komunitas ASEAN.
Menurut dia, kondisi tersebut berpotensi membawa peluang ekonomi bagi negara-negara Asia Tenggara.
Prediksi itu didasarkan pada adanya opportunity perpindahan fasilitas produksi dari China.
“(Perkembangan terbaru) Menunjukkan adanya opportunity dari persaingan geopolitik ini bagi ASEAN, terutama capital outflow yang menjadi capital inflow dalam bentuk investasi asing langsung (foreign direct investment/FDI),” ujarnya dalam saat menggelar konferesi pers sekaligus penutup rangkaian agenda ASEAN Finance Ministers and Central Bank Governors Meeting (AFMGM) di Jakarta, Jumat, 25 Agustus.
Menkeu menjelaskan, jika ASEAN bukan merupakan “calon tunggal” yang bisa menangkap keuntungan dari ketegangan China-AS.
Dia menyebut satu negara kuat di Asia Selatan menjadi kandidat kuat yang bisa menanfaatkan kesempatan tersebut.
“Dalam kasus ini ASEAN dilihat sebagai regional yang berpotensi sebagai tempat relokasi mereka. Tapi tentu saja, ASEAN dan India yang dilihat sebagai tempat yang bisa mendapat manfaat dari situasi ini,” jelasnya.
Redaksi mencatat, relokasi industri dari China ke Asia Tenggara umumnya membidik Vietnam dan Indonesia sebagai destinasi paling favorit.
BACA JUGA:
Namun, sejumlah besar perpindahaan investasi itu diyakini masuk ke Vietnam yang disinyalir karena kemudahan perizinan.
Atas dasar itulah, dalam dua tahun terakhir pemerintah berupaya mereformasi regulasi demi menciptakan iklim usaha yang lebih kondusif.
Komitmen tersebut dibuktikan melalui kehadiran Undang-Undang Cipta kerja (Ciptaker).