Bagikan:

JAKARTA - Menteri Keuangan Sri Mulyani memperkirakan bea keluar Indonesia pada tahun 2024 akan mengalami penurunan. Menurutnya penurunan ini disebabkan oleh kebijakan hilirisasi yang dilakukan dalam negeri guna memberikan nilai tambah pada komoditas.

"Bea keluar diperkirakan akan turun karena memang kita melakukan konsekuensi dari hilirisasi," ujar Sri Mulyani dalam Konferensi Pers Nota Keuangan dan RAPBN 2024 yang dikutip Kamis 17 Agustus.

Bendahara negara ini membeberkan, Rancangan APBN 2024 memperkirakan bea keluar akan turun sebesar 11,5 persen menjadi Rp17,5 triliun dibandingkan outlook penerimaan dari bea masuk tahun ini.

Sri Mulyani menambahkan, penurunan ini tidak berlaku pada bea masuk yang diperkirakan akan tumbuh sebesar 8,1 persen atau senilai Rp57,4 triliun dan penerimaan cukai yang diperkirakan akan naik 8,3 persen atau senilai Rp246,1 triliun. Dengan demikian penerimaan dari bea cukai pada tahun 2024 diperkirakan akan tumbuh 7 persen dari outlook 2023 atau sebesar Rp321 triliun.

Meski mengalami penurunan, kata Sri Mulyani, bea keluar tidak menjadi andalan untuk penerimaan negara dengan alasan demi nilai tambah komoditas.

"Memang bea keluar tidak menjadi andalan karena kita menginginkan terjadi nilai tambah lebih dalam negara. Bea keluar diperkirakan akan turun sebesar 11,5 persen atau senilai Rp17,5 triliun,” katanya.

Sementara Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) juga diperkirakan turun 8,3 persen dari outlook 2023 menjadi Rp473 triliun karena adanya kontribusi dari harga komoditas dalam negeri.

"Kalau kita melihat harga komoditas cenderung menurun makan PNBP dari SDA diperkirakan tidak setinggi tahun 2022 dan 2021,"lanjut dia.

Untuk itu pemerintah akan memaksimalkan dividen BUMN, inovasi dan kualitas layanan dari Kemeterian/Lembaga yang memiliki Badan Layanan Umum (BLU) termasuk Kepolisian untuk SIM dan STNK dan penguatan pengawasan dan Kepatuhan Wajib Bayar (WB) PNBP.