Bagikan:

JAKARTA - Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati ungkap penerimaan bea keluar hingga Juli 2024 tumbuh 58,1 persen secara tahunan atau year on year (yoy) menjadi sebesar Rp9,3 triliun. Adapun salah satu pendorong pertumbuhan tersebut yakni komoditas tembaga sebesar 928 persen.

“Tembaga tumbuhnya itu 928 persen. Ini dari dua saja yaitu Newmont Amman dan Freeport,” kata Sri Mulyani saat konferensi pers APBN KiTa edisi Juli 2024, ditulis Rabu, 13 Agustus.

Sri Mulyani menyampaikan dua perusahaan tersebut diperbolehkan untuk melakukan ekspor tembaga. Tetapi, harus menyelesaikan dalam mendirikan smelter dan harus membayar biaya keluar yang lebih tinggi.

“Jadi ini menyebabkan penerimaan kita tinggi. Jadi memaksa mereka melakukan hilirisasi, dan mereka sudah melakukan, namun belum selesai, karena mereka waktu itu harusnya sudah ada deadline-nya,” katanya.

Sementara untuk sawit, Sri Mulyani menyampaikan terjadinya penurunan masukan dari bea keluar sebesar 60 persen (yoy). Kondisi ini dipengaruhi penurunan rata-rata harga CPO pada 2024 sebesar 5,91 persen secara tahunan.

“Ini karena turunnya harga CPO turunnya 5,91 persen (yoy) dari 865 dolar AS per metrik ton menjadi 814 dolar AS per metrik ton,” katanya.

Selain masalah harga, Sri Mulyani menyampaikan CPO juga mengalami penurunan volume ekspor produk hasil sawit dari 24,01 juta ton menjadi 20,29 juta ton atau turun 15,48 persen.