Bagikan:

JAKARTA - Indeks manufaktur atau Purchasing Manager Index (PMI) Manufaktur Indonesia pada Juli 2024 turun ke level 49,3 atau turun 1,4 poin dibandingkan pada bulan sebelumnya.

Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menyampaikan ada beberapa industri yang perlu didorong dari sektor manufaktur yaitu industri tekstil dan produk tekstil (TPT) terkontraksi 0,0 persen, industri mesin dan perlengkapan yang terkontraksi 1,8 persen, industri alas kaki hanya tumbuh 1,9 persen, dan industri karet 2,1 persen.

Menurut Sri Mulyani empat, industri manufaktur tersebut menggambarkan area manufaktur yang sedang mengalami tekanan, utamanya karena ada persaingan impor.

“Ini industri yang banyak menyita perhatian, terdera, terkena oleh banyak hal. Mungkin demand-nya masih memadai tapi karena ada kompetisi dari impor,” ujarnya ditulis, Rabu, 14 Agustus.

Karena itu, Sri Mulyani berharap, menteri terkait akan melakukan langkah-langkah untuk mengatasi permasalahan dengan antidumping atau bea masuk untuk menjaga memproteksi industri dalam negeri.

“Langkah-langkah nanti keluarnya dalam bentuk Peraturan Menteri Keuangan, seperti bea masuk atau tarif atau lainnya,” jelasnya.

Sri Mulyani menyampaikan sebagai bagian dari bauran kebijakan nasional pemerintah juga akan melakukan pemulihan kinerja industri dan penciptaan persaingan yang sehat antara lain dengan bea masuk, tindakan pengamanan, tax allowance, dan tax holiday.

Meski demikian, Sri Mulyani menyampaikan terdapat beberapa sektor manufaktur yang tumbuh yaitu, industri makanan dan minuman tumbuh 5,5 persen, industri kimia farmasi tumbuh 8 persen, dan industri logam dasar tumbuh 18,1 persen.