Bagikan:

JAKARTA – Torehan apik Purchasing Managers’ Index (PMI) manufaktur Indonesia yang berada di zona ekspansif selama 16 bulan berturut-turut meninggalkan catatan tersendiri. Pasalnya, kinerja sektor pengolahan berpeluang masuk ke level kontraksi akibat terjadinya perlambatan ekonomi global di awal tahun ini.

Hal itu tercermin dari kondisi sejumlah mitra dagang RI yang terus mengalami kemunduran PMI manufaktur. Ambil contoh Korea Selatan. Negara sahabat di Asia Timur itu sedari dulu dikenal sebagai salah satu tujuan utama ekspor pengusaha nasional.

Per akhir Desember 2022, Korea Selatan sedang dilanda tekanan yang tergambar dari PMI manufaktur sebesar 48,2 (lebih dari 50 berarti ekspansif). Tidak hanya itu, beberapa negara traditional market Indonesia seperti Jepang, Malaysia, dan Vietnam juga mengalami hal serupa dengan PMI Manufaktur masing-masing 48, 47, dan 46.

Pun demikian di negara maju macam Amerika Serikat dan Inggris yang menunjukkan tren kontraksi serta perlambat.

Situasi tersebut membuat pemerintah mulai memfokuskan diri untuk menggenjot ekspor ke kawasan non- traditional market. Salah satu yang kini paling diandalkan adalah India.

Negeri Vrindavan itu bisa dibilang sebagai salah satu penyelamat Indonesia di tengah ketidakpastian global yang berlanjut. Bagaimana tidak, aktivitas manufaktur India sebagai salah satu tujuan diversifikasi pasar ekspor terus mengalami penguatan pada level yang cukup tinggi.

Kepala Badan Kebijakan Fiskal (BKF) Kementerian Keuangan Febrio Kacaribu mengatakan, PMI manufaktur India tercatat berekspansi selama 18 bulan berturut-turut, dan meningkat di Desember di level 57,8 (November 55,7).

“Ini juga yang mendorong , pertumbuhan ekspor Indonesia ke India mencapai 79 persen pada sepanjang 2022 (year to date/ytd),” ujarnya dalam keterangan tertulis dikutip redaksi pada Rabu, 4 Januari.

Febrio menjelaskan, potensi pengembangan pasar ke India masih terbuka lebar. Asumsi tersebut nampak jelas pada kenaikan ekspor RI secara tahunan (year on year/yoy) sebesar 32,5 persen.

“Jumlah ini mengindikasikan masih kuatnya prospek kinerja ekspor di tahun 2023,” tegas dia.

Adapun di dalam negeri, PMI manufaktur Indonesia bertengger di angka 50,9 per Desember 2022 dari sebelumnya sebesar 50,3 pada November 2022.

“Optimisme para pelaku industri manufaktur terindikasi membaik, sebagaimana ditunjukkan dengan mulai tumbuhnya persediaan baik barang input maupun barang siap jual untuk mengantisipasi kenaikan permintaan dalam waktu dekat,” tutup Febrio.