Bagikan:

JAKARTA - Pertumbuhan kredit baru diperkirakan bakal pada posisi Juli 2023, dibandingkan dengan bulan sebelumnya. Hal ini ditopang kredit investasi dan kredit pemilikan rumah (KPR).

Peningkatan tersebut terjadi karena dunia usaha yang mulai ekspansi bisnis, pencabutan status pandemi menjadi endemi, hingga membuat dunia usaha optimistis terhadap perekonomian nasional. Di sisi lain, memang secara siklus penyaluran kredit bakal lebih ngebut di semester II.

Bank Indonesia (BI) dalam Survei Permintaan dan Penawaran Pembiayaan Perbankan menjelaskan, saldo bersih tertimbang (SBT) penyaluran kredit baru untuk kredit investasi sebesar 50 persen, lebih tinggi dari posisi Juni 40 persen, dan posisi Mei 21,5 persen. Sementara, SBT untuk kredit baru KPR per Juli sebesar 58,6 persen lebih tinggi dari posisi Juni sebesar 53,1 persen.

BI juga menilai bahwa penyaluran kredit kuartal II-2022 meningkat dibandingkan kuartal I-2023. Hal tersebut terindikasi dari SBT perkiraan penyaluran kredit baru hasil survei periode Juni 2023 yang bernilai positif 95 persen, naik dari 55,9 persen pada kuartal I.

Kemudian, peningkatan penyaluran kredit baru terindikasi pada hampir seluruh kategori bank, kecuali bank umum syariah (BUS). Untuk jenis penggunaannya, penyaluran kredit baru diperkirakan meningkat pada seluruh jenis kredit. Untuk kredit investasi SBT tercatat 59,1 persen, kredit modal kerja (KMK) 76,4 persen, kredit konsumsi untuk KPR 73,7 persen, dan kredit konsumsi lainnya 67,7 persen.

Berdasarkan hasil survei Juni 2023, kebijakan penyaluran kredit baru untuk keseluruhan kuartal II-2023 secara umum diperkirakan lebih ketat dibandingkan kuartal sebelumnya. Hal ini terindikasi dari SBT perubahan kebijakan penyaluran kredit kuartal II hasil survei periode Juni 2023 yang tercatat positif 0,7 persen.

“Dari jenis penggunaannya, kebijakan penyaluran kredit yang lebih ketat diperkirakan terjadi pada kredit modal kerja dan kredit konsumsi lainnya. Sedangkan, kredit investasi dan KPR diperkirakan longgar,” ungkap Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi BI Erwin Haryono dalam keterangannya, dikutip Kamis 20 Juli.

Hasil survei tersebut juga sejalan dengan kebutuhan pembiayaan korporasi pada Juni yang terindikasi meningkat dibanding dengan bulan sebelumnya. Di mana SBT pembiayaan korporasi sebesar 17,8 persen lebih tinggi dari SBT 12,5 persen pada Mei 2023.

Peningkatan kebutuhan pembiayaan korporasi terutama didorong oleh sektor konstruksi, perdagangan, dan pertambangan. Peningkatan yang terjadi terutama untuk mendukung aktivitas operasional serta membayar kewajiban jatuh tempo.