Bagikan:

JAKARTA - Bank Indonesia (BI) memproyeksikan penyaluran kredit baru pada kuartal IV 2022 akan lebih tinggi dibandingkan dengan kuartal sebelumnya.

Adapun hingga akhir tahun, kredit perbankan diperkirakan tumbuh 9-11 persen secara tahunan.

Berdasarkan Survei Perbankan Bank Indonesia, peningkatan penyaluran kredit pada kuartal IV 2022 tecermin dari saldo bersih tertimbang (SBT) yang mencapai 90 persen. Sedikit lebih tinggi dibandingkan 88,1 persen pada kuartal III 2022.

Prioritas utama responden dalam penyaluran kredit baru pada kuartal IV 2022 adalah kredit modal kerja, diikuti oleh kredit investasi dan kredit konsumsi. Untuk kredit konsumsi, penyaluran kredit pemilikan rumah (KPR) masih menjadi prioritas utama.

Berdasarkan sektor, penyaluran kredit baru pada kuartal IV 2022 diprioritaskan pada sektor perdagangan besar dan eceran, sektor industri pengolahan, dan sektor perantara keuangan.

Direktur Eksekutif Kepala Departemen Komunikasi BI Erwin Haryono mengatakan standar penyaluran kredit pada triwulan IV 2022 diperkirakan sedikit lebih longgar dibandingkan periode sebelumnya.

"Hal ini terindikasi dari Indeks Lending Standard (ILS) negatif sebesar -1,9 persen. Kebijakan penyaluran kredit diperkirakan lebih longgar, terutama pada aspek biaya persetujuan kredit," ujarnya dalam keterangan tertulis, dikutip Senin 24 Oktober.

Di sisi lain, hasil survei menunjukkan responden tetap optimis terhadap pertumbuhan kredit ke depan.

Responden memperkirakan pertumbuhan kredit pada 2022 sebesar 8,5 persen secara tahunan atau meningkat dari realisasi pertumbuhan 2021, yakni 5,2 persen.

Sebelumnya, Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo menyampaikan penyaluran kredit pada September 2022 tumbuh sebesar 11 persen year on year (yoy).

Peningkatan ini ditopang oleh seluruh jenis kredit dan sektor ekonomi. Pembiayaan syariah juga naik 19 persen yoy pada periode yang sama.

Dari sisi penawaran, berlanjutnya perbaikan intermediasi perbankan didukung oleh standar penyaluran kredit yang tetap longgar, seiring dengan membaiknya appetite perbankan dalam penyaluran kredit terutama di sektor industri, pertanian, perdagangan, dan konstruksi.

Adapun dari sisi permintaan ditopang oleh pemulihan kinerja korporasi dan rumah tangga yang terus berlanjut.

Kinerja korporasi tercermin dari perbaikan kemampuan membayar, tingkat penjualan, dan belanja modal, terutama di sektor perdagangan dan pertambangan.

Sementara itu, kata Perry, kinerja rumah tangga tercermin dari konsumsi dan investasi rumah tangga yang membaik sejalan dengan optimisme konsumen.