JAKARTA - Pemerintah melalui Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani menyatakan bahwa pertumbuhan ekonomi Indonesia tetap resilien.
“Pertumbuhan yang kuat dan stabil didorong seluruh komponen produk domestik bruto (PDB). Secara spasial tren pertumbuhan positif terjadi di semua kawasan,” ujarnya dalam paparan realisasi APBN, Senin, 22 Mei.
Menurut Menkeu, sikap optimistis ini juga terlihat dari tingkat pengangguran dan kemiskinan konsisten menurun, yaitu tingkat pengangguran Februari 2023 sebesar 5,45, melandai dari Februari 2022 yang sebesar 5,83. Dia menyampaikan pula tingkat kemiskinan September 2022 sebesar 9,57, menurun dari September 2021 sebesar 9,71.
“Penurunan ini merefleksikan pertumbuhan ekonomi yang berkualitas dan akan terus diakselerasi,” tuturnya.
Menkeu menambahkan, PMI Manufaktur Indonesia berada di zona ekspansi-akselerasi bersama India, Thailand, Turki, AS, Kanada, Arab Saudi dan Meksiko. Disebutkan bahwa PMI Manufaktur terjaga di level ekspansif 52,7 dan terus membaik (Maret 51,9).
Selanjutnya, tingkat inflasi domestik terkendali pada masa Hari Besar Keagamaan Nasional (HBKN) Ramadhan dan Lebaran 2023. Stabilitas harga pangan terjaga dengan baik, bahkan cenderung menurun.
BACA JUGA:
Kata Menkeu, tingkat inflasi Indonesia April mencapai 4,3 persen year on year (yoy), sementara inflasi di negara lain masih cukup tinggi, bahkan Argentina mencapai 108,8 persen dan Turki mencapai 43,7 persen.
“Dari sisi eksternal, kinerja Neraca Perdagangan (NP) masih melanjutkan surplus, memasuki bulan ke-36,” imbuhnya.
Secara terperinci, NP April 2023 surplus sebesar 3,94 miliar dolar AS, dengan ekspor 19,29 miliar dolar AS dan impor 15,35 miliar dolar AS, masing-masing menurun sebesar 29,4 persen (yoy) dan 22,3 persen (yoy).
“Sebagian komoditas unggulan ekspor mengalami penurunan akibat moderasi harga komoditas,” ucapnya.
Di lain sisi, Indonesia juga mengalami peningkatan dari kunjungan Wisman, naik 470,4 persen (yoy) pada Maret 2023, meskipun belum mencapai tingkat prapandemi.