Bagikan:

JAKARTA - Kementerian Perindustrian (Kemenperin) memfasilitasi sejumlah pelaku industri nasional untuk berpartisipasi pada pameran tingkat internasional, Hannover Messe 2023. Upaya ini selain untuk memperkenalkan keunggulan teknologi, juga membuka peluang kerja sama antara perusahaan Indonesia dan Jerman.

“Salah satu contoh kerja sama adalah joint venture antara industri lokal PT Yogya Presisi Teknikatama Industri (YPTI) dengan perusahaan Jerman Toolcraft AG,” kata Direktur Jenderal Industri Logam, Mesin, Alat Transportasi, dan Elektronika (ILMATE) Kemenperin, Taufiek Bawazier dalam keterangan tertulis, Kamis 20 April

Ia menambahkan, kedua perusahaan tersebut akan bekerja sama mengembangkan teknologi Metal Additive Manufacturing untuk memenuhi kebutuhan sektor industri lainnya. Diharapkan, melalui kolaborasi ini, industri dalam negeri semakin produktif dan kompetitif.

Teknologi Metal Additive Manufacturing itu meliputi proses Laser Metal Deposition (LMD) dan proses Laser Metal Fusion (LMF). Teknologi ini juga semakin banyak digunakan untuk menunjang industri pembuatan komponen mekanik yang komplek dan presisi, seperti pada industri otomotif, pesawat, mold and die, serta pembuatan mesin dan alat kesehatan.

Pada kesempatan yang sama, Dirjen ILMATE menegaskan, Pemerintah Indonesia memiliki komitmen dalam menjaga keberlangsungan lingkungan yang terlihat dari sejumlah aksi nyata yang telah dilakukan dalam memperbaiki lingkungan serta upaya melaksanakan transisi energi.

“Sesuai yang disampaikan oleh Bapak Presiden di Hannover Messe, Indonesia menargetkan 23 persen sumber energi yang dihasilkan berasal dari energi baru dan terbarukan (EBT) pada 2025, serta berencana untuk (mulai) menutup seluruh pembangkit listrik tenaga uap batu bara di tahun 2050. Beliau juga ingin memastikan bahwa transisi energi menghasilkan energi yang terjangkau bagi masyarakat kita,” papar Taufiek.

Salah satu perusahaan di bidang EBT yang berpartisipasi sebagai co-exhibitor yakni PT Giwang Kanaka. Perusahaan tersebut bermitra dengan SFC Energy Germany, menampilkan solusi energi listrik ramah lingkungan dengan menggunakan teknologi Hydrogen Fuel Cell yang dapat diaplikasikan di berbagai sektor industri.

Teknologi tersebut menghasilkan sumber energi yang bersih (Clean Energy) sehingga dapat menggantikan bahan bakar fosil yang umum digunakan pada pembangkit listrik. Selain itu, ditampilkan alat pemantau kualitas udara yang sumber energi listriknya menggunakan teknologi fuel cell berbahan bakar methanol. Alat pemantau kualitas udara ini diproduksi dan dikembangkan oleh tenaga ahli dari Indonesia.