Cegah Kebakaran Kilang Terulang, Pertamina Gelontorkan 600 Juta Dolar untuk Bangun Penangkal Petir
Direktur Utama Pertamina Nicke Widyawati (Foto: Dok. ANTARA)

Bagikan:

JAKARTA - Direktur Utama PT Pertamina (Persero) Nicke Widyawati mengungkapkan jika pihaknya sudah menggelontorkan dana sebesar 600 juta dolar AS untuk membangun penangkal petir yang merupakan salah stau penyebab ledakan dan kebakaran pada kilang milik Pertamina.

"Kita belajar terus dari pengalaman dan kita lakukan improvement dan sudah spending sekitar 600 juta dolar AS untuk membangun ketahanan dua lapis itu," ujarnya yang dikutip Senin, 10 April.

Ia menambahkan, sejak insiden Balongan di tahun 2021 telah berbagai improvement dilakukan di seluruh kilang Pertamina.

Dari sisi Operational Availability, sebagai salah satu parameter untuk monitor kehandalan kilang, Pertamina menggunakan Solomon sebagai benchmark kilang internasional.

Secara konsolidasian di tahun 2022, hasil benchmark Operational Availability sesuai standar Solomon pada seluruh kilang Pertamina telah mencapai skor 96 persen atau berada di atas rata–rata Global Refinery.

Dalam kesempatan yang sama Nicke juga memaparkan 4 faktor penyebab kebakaran kilang pertamina berdasarkan hasil audit yang dilakukan oleh auditor internasional.

"Risiko yang akan terjadi di aset kita ada 4 kemungkinan penyebab, pertama karena petir," ujar Nicke.

Faktor kedua adalah overflow atau meluber sehingga menyebabkan kebakaran pada kilang.

"Itu juga terjadi di salah satu case dan itu jadi salah satu penyebab kebakaran," imbuh Nicke.

Faktor ketiga adalah kebocoran hidrogen seperti yang terjadi pada Kilang Balikpapan.

""Dengan sudah dijalankannya high temperature hydrogen attack ini, kebocoran hydrogen di Kilang Dumai bisa kita padamkan dalam waktu 9 menit," beber Nicke.

Sedangkan faktor keempat adalah sulfidasi atau endapan sulfur yang dapat dicegah dengan merevitalisasi kilang-kilang minyak agar bisa memproses sulfur tinggi.

"Program-program yang dilakukan RDMP adalah agar kilang-kilang ini bisa memproses yang sulfurnya tinggi, jadi harganya lebih murah," pungkas Nicke.