Pemerintah Jorjoran Tarik Utang di Awal Tahun, Sri Mulyani: Sebelum Bunga Naik
Ilustrasi (Foto: Dok. Antara)

Bagikan:

JAKARTA – Pemerintah diketahui terus mengakselerasi penarikan utang pada awal tahun ini. Hal itu terungkap saat Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani memberikan pemaparan soal realisasi Anggaran Pendapatan dan Belanja (APBN) 2023 kepada wartawan.

Dalam penjelasannya Menkeu menyebut jika penerbitan Surat Berharga Negara (SBN) secara neto hingga Februari 2023 adalah sebesar Rp177,7 triliun. Jumlah itu meroket 162,6 persen dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya dengan Rp67,7 triliun.

“Kita memang melakukan front loading karena kita semua tahu adanya tren kenaikan suku bunga. Ini yang akan kita antisipasi pada semester II 2023, yaitu higher dan longer. Jadi kita cari kesempatan pada saat suku bunga belum naik untuk melakukan issuance,” ujar dia dikutip Rabu, 15 Maret.

Sebaliknya, nilai pinjaman neto mengalami kontraksi minus 63,7 persen menjadi Rp9,2 triliun dari sebelumnya sebesar Rp25,3 triliun.

Sehingga, nilai realisasi pembiayaan utang sampai dengan bulan lalu adalah sebesar Rp186,9 triliun atau tumbuh 101,1 persen year on year. Nilai tersebut sudah setara 26,84 persen dari target APBN yang sebesar Rp696,3 triliun.

Menkeu pun memastikan pembiayaan utang melalui SBN dan pinjaman on track sesuai dengan strategi pembiayaan 2023.

“Pengadaan utang dilakukan secara hati-hati dengan mempertimbangkan kondisi pasar yang kondusif serta memperhatikan posisi kas pemerintah,” tegasnya.

“Strategi pembiayaan melalui utang tahun 2023 dilakukan dengan tetap mengutamakan penerbitan SBN Domestik, serta mengoptimalkan penerbitan SBN Ritel, sedangkan penerbitan SBN valas digunakan untuk buffer pembiayaan utang. Selain itu, penerbitan lelang triwulan I 2023 diturunkan menyesuaikan dengan kondisi kas,” tutup dia.