JAKARTA – Kementerian Keuangan (Kemenkeu) menginformasikan bahwa realisasi pembiayaan melalui penerbitan utang per Februari 2023 mencapai Rp186,9 triliun.
Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani mengatakan jumlah itu setara dengan 26,84 persen dari total target APBN 2023 yang sebesar Rp696,3 triliun.
“Pembiayaan utang melalui penerbitan Surat Berharga Negara (SBN) dan pinjaman sudah on track sesuai dengan strategi pembiayaan tahun ini,” ujarnya saat memberi pemaparan APBN kepada wartawan, dikutip redaksi pada Rabu, 15 Maret.
Dari data yang dibagikan oleh Menkeu, jumlah pembiayaan utang sampai dengan bulan lalu meningkat dua kali lipat lebih atau 101,1 persen dari Februari 2022 yang hanya sebesar Rp92,9 triliun.
Usut punya usut, penarikan utang yang tergolong cukup agresif pada awal tahun ini tidak lepas dari strategi pemerintah untuk menghindari efek membengkaknya cost of fund alias biaya dana.
BACA JUGA:
“Kita memang melakukan front loading karena kita semua tahu adanya tren kenaikan suku bunga. Ini yang akan kita antisipasi pada semester II 2023, yaitu higher dan longer. Jadi kita cari kesempatan pada saat suku bunga belum naik,” tuturnya.
Sebagai informasi, pembiayaan utang ini ditujukan untuk menambal APBN 2023 yang didesain defisit sebesar Rp598,2 triliun atau setara dengan 2,84 persen dari Produk Domestik Bruto. Adapun hingga akhir Februari, APBN masih membukukan surplus sebesar Rp131,8 triliun.
“Timing pengadaan utang didasarkan pada pertimbangan kondisi pasar dan kebutuhan pembiayaan,” tegas Menkeu Sri Mulyani.