Bagikan:

JAKARTA - Kementerian Keuangan mencatat, realisasi pembiayaan utang atau penarikan utang baru hingga Juli 2024 sebesar Rp266,3 triliun atau naik 36,6 persen jika dibandingkan dengan periode yang sama tahun 2023.

Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menjelaskan realisasi pembiayaan utang tersebut baru mencapai 41,1 persen dari yang ditargetkan tahun ini sebesar Rp648,1 triliun.

“Ini baru bulan ketujuh ya. Meski tumbuhnya cukup tinggi, karena tahun lalu dengan penerimaan kita yang cukup tinggi, dari berbagai komoditas boom, kita mengerem pembiayaan utang sangat dalam,” tutur Sri Mulyani ditulis, Rabu, 14 Agustus.

Adapun, realisasi pembiayaan utang berasal dari surat berharga negara (SBN) sebesar Rp253 triliun atau naik 37,5 persen jika dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu sebesar Rp184,1 triliun. Realisasi pembiayaan utang berasal dari SBN mencapai 38 persen dari yang ditargetkan tahun ini sebesar Rp666,4 triliun.

Sementara, realisasi pembiayaan utang yang berasal dari pinjaman sebesar Rp13,3 triliun atau naik 21,6 persen jika dibandingkan dari penarikan pinjaman periode yang sama tahun lalu sebesar Rp11 triliun. Realisasi pembiayaan utang berasal dari pinjaman mencapai 72,6 persen dari yang ditargetkan tahun ini sebesar Rp18,4 triliun.

Sri Mulyani menyampaikan dalam rangka menjaga kesehatan fiskal, pemerintah tidak hanya mengandalkan utang untuk membiayai kebutuhan defisit anggaran tetapi juga mengandalkan pembiayaan non utang pemerintah.

Kemenkeu mencatat, realisasi pembiayaan non utang pemerintah sebesar Rp49,3 triliun atau tumbuh 61,8 persen jika dibandingkan dari penarikan pinjaman periode yang sama tahun lalu sebesar Rp30,5 triliun.

Adapun, realisasi pembiayaan non utang pemerintah tersebut baru mencapai 39,4 persen dari yang ditargetkan tahun ini sebesar Rp125,3 triliun.

Dengan perkembangan tersebut, secara keseluruhan realisasi pembiayaan anggaran hingga Juli 2023 mencapai Rp217 triliun atau 41,5 persen dari porsi yang ada dalam APBN 2024 sebesar Rp522,8 triliun.

Adapun, realisasi tersebut tumbuh 31,9 persen dari periode sama tahun lalu sebesar Rp164,5 triliun.

“Tumbuhnya cukup tinggi jika dibanding tahun lalu, tapi itu relatif on track terhadap postur kita. Tahun lalu itu exceptional karena penerimaan luar biasa baik,” jelasnya.