JAKARTA - Direktur Utama PT Industri Baterai Indonesia atau Indonesia Battery Corporation (IBC) Toto Nugroho mengungkapkan pihaknya berharap standarisasi baterai untuk kendaraan listrik atau electric vehicle (EV) bisa selesai di tahun 2023.
Pasalnya, baterai merupakan komponen penting dalam kendaraan listrik dan IBC berperan sebagai penyalur baterai kepada produsen dalam ekosistem kendaraan listrik.
"Standarisasi baterai adalah keharusan supaya kita bisa mendeploy seluruh pemain. Karena ini sangat penting untuk konsumen," ujarnya di Jakarta yang dikutip Sabtu 11 Maret.
Menurutnya, jika standarisasi baterai tidak sesuai akan memberatkan konsumen motor listrik. Untuk itu pihaknya juga akan mengimplementasikan battery management system sehingga akan ada integrasi data dan transaksi melalui aplikasi.
"Bukan hanya baterainya tapi yg penting kita lakukan integrasi data. Jadi bagaimana transaksi bisa dilakukan lewat aplikasi. Ini yang kita siapkan dari sisi teknologi," lanjut Toto.
Sebelumnya dalam Panja dengan Komisi VI DPR RI pada Februari yang lalu, Toto mengungkapkan pihaknya membutuhkan Rp217 triliun untuk memproduksi baterai dalam negeri.
BACA JUGA:
Selain itu menurutnya, untuk memiliki kemampuan baterai sales sendiri akan membutuhkan waktu dan biaya investasi yang tidak sedikit dan butuh 4 tahun untuk mendapat baterai cell dari nikel Indonesia meskipun sudah menggandeng produsen bateraai nomor 1 dan 2 dunia, Contemporary Amperex Technology Co Limited (CATL) dan LG Energy Solution Ltd (LGES).
"Walaupun kita sudah bermitra nomor 1 dan nomor 3 di dunia itu kita akan membutuhkan hampir 4 tahun untuk bisa mendapatkan baterai cell dari nikel Indonesia," ujarnya dalam panja yang dikutip dari kanal Youtube Komisi VI, Sabtu 11 Maret.
Asal tahu saja, IBC menggandeng CATL dan LGES dalam dua proyek pengembangan end to end baterai kendaraan listrik yang dikukuhkan melalui penandatanganan framework agreement bulan Maret tahun lalu dengan nilai hampir Rp200 triliun.