JAKARTA – Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani mengatakan di tengah masa penuh turbulensi beberapa tahun kebelakang ini, gejolak inflasi terjadi di banyak negara dunia.
Menurut dia, beberapa negara (seperti Turki dan Argentina) bahkan mengalami peningkatan inflasi di luar batas normal: 50 persen!
Pertanyaannya, bagaimana dengan Indonesia?
Bendahara negara membawa kabar baik. Inflasi Indonesia pada sepanjang 2022 cenderung terjaga di level 5,51 persen.
“Ini lebih rendah dari forecast pemerintah sebesar 6,5 persen pascapenyesuaian harga BBM,” ujarnya dalam keterangan tertulis, Selasa, 21 Februari.
Menkeu menjelaskan, untuk periode 2023 tingkat inflasi ditargetkan bisa melandai hingga 3,6 persen. Sementara gap inflasi volatile food dibidik turun pada rentang 3-5 persen.
Selain itu, hari besar nasional tetap menjadi perhatian (utamanya Ramadan serta Hari Raya Idulfitri) karena pada saat ini terjadi lonjakan permintaan yang sangat tinggi.
“Dukungan fiskal melalui APBN juga terus dijaga. Tercatat sebesar Rp104,2 triliun disalurkan melalui beragam kementerian/lembaga untuk menjaga ketahanan pangan,” tuturnya.
BACA JUGA:
Menkeu menambahkan, pemerintah akan mengupayakn akselerasi implementasi lumbung pangan, perluasan kerja sama antardaerah, dan pengelolaan data ketersediaan pangan untuk menjaga ketersediaan pasokan bagi masyarakat.
Tidak berhenti disitu, mantan bos Bank Dunia tersebut juga menyatakan APBN selalu siap dalam mendukung pemenuhan perlindungan sosial, anggaran subsidi dan kompensasi energi, serta infrastruktur.
“Seluruh alokasi ini untuk menunjang upaya pengendalian inflasi,” tegas dia.
Oleh karenanya, Sri Mulyani mendorong seluruh pihak untuk senantiasa menguatkan sinergi dalam menjaga inflasi demi memperkuat perekonomian nasional.
“Ini semua merupakan harmonisasi kerja sama antara Kementerian Keuangan dengan beragam lembaga dan koordinasi seluruh pemangku kepentingan lain dalam upaya menangani inflasi di Indonesia akan terus menerus dilakukan. Bagaimana menurutmu?” tutup dia.