Bagikan:

JAKARTA - Indonesia memiliki potensi yang besar dalam sektor minyak dan gas bumi (migas) namun potensi yang dimiliki kini berada di daerah timur Indonesia dan terletak di laut dalam sehingga masih menemukan banyak kendala dalam melakukan eksplorasipotensi migas.

Ketua Komite Investasi Asosiasi Perusahaan Minyak dan Gas (Aspermigas), Moshe Rizal mengatakan, untuk mengeksplorasi laut dalam, pemerintah tidak bisa hanya bergantung pada Kontraktor Kontrak Kerja Sama (KKKS) namun pemerintah juga harus aktif dalam melakukan eksplorasi dan melengkapi data seismik.

"Memang potensi Indonesia cukup besar cuma sudah tidak ada lagi low hanging fruits. Butuh infrastruktur yang harus dibangun dan dari sisi data juga harus dikembangkan pemerintah," ujar Moshe dalam energy Corner, Senin 13 Februari.

Moshe menambahkan Indonesia perlu menggenjot lifting migas dalam negeri melalui skema produksi agar dapat menarik investor kakap. Selain itu, Pemerintah juga perlu meningkatkan ketersediaan data.

"Ini yang harus. Kita masih struggling. Saya melihat pemeritah sekarang sudah cukup fleksibel memberi insentif dan dari terms and condition kontraknya juga sudah simple cuma kita ini juga bersaing dengan negara luar," lanjut Moshe.

Lebih lanjut Moshe bilang, Indonesia masih kalah dalam memberikan insentif untuk menarik investor menanamkan modalnya. Menurutnya, negara lain mungkin memiliki potensi yang tidak sebesar dari Indonesia, tapi karena memberikan kemudahan bagi Investor sehingga memungkinkan akan lebih menarik daripada Indonesia.

"Mereka juga butuh investor. Mereka juga mengelontorkan insentif yang mungkin saja lebih menarik dari kita. Cadangannya juga mungkin tidak sebesar kita tapi kemudahan yang diberikan mungkin lebih menarik. Ini yang harus kita kejar," pungkas Moshe.