Bagikan:

JAKARTA - Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) buka suara terkait dampak resesi dari pelemahan pertumbuhan ekonomi Amerika Serikat (AS) ke Indonesia khususnya di bisnis hulu minyak dan gas bumi.

Kepala Divisi Program dan Komunikasi Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) Hudi Suryodipuro Mengatakan, pelemahan ekonomi di AS tentu saja membawa dampak bagi Indonesia.

"Kalau dari saya, pasti (ada dampak), kalau kita bicara Amerika, US, itu pasti akan ada dampaknya," ujar Hudi saat diteui di Gedung SKK Migas, Rabu, 7 Agustus.

Dikatakan Hudi, hal in berkaitan dengan Bank Sentral AS Federal Reserve atau The Fed yang memiliki kebijakan terhadap suku bunga acuannya untuk mengatasi resesi ekonomi yang terjadi di negara Paman Sam tersebut.

Terkait detail dampak yang ditimbulkan did sektor hulu migas, Hudi bilang pihaknya masih harus melakukan evaluasi sehingga dampak yang ditimbulkan bisa dipetakan.

"Kita masih melakukan, melihat, evaluasilah, kalau terkait dengan dampak. Kalau umpamanya, karena mereka sangat terconnected dengan global economy, itu saya rasa sih ada, tapi apakah impact-nya sejauh mana dan seperti apa, ya itu yang kita juga masih lihat," beber Hudi.

Pada kesempatan yang sama, Hudi juga menanggapi pernyataan Ketua Komite Investasi Asosiasi Perusahaan Minyak dan Gas Nasional (Aspermigas) Moshe Rizal yang mengkhawatirkan investasi raksasa migas asal AS, ExxonMobile di Blok Cepu akan ditahan.

Hudi menegaskan, hingga saat ini dirinya belum mendapatkan informasi terkait adanya indikasi Exxon yang akan menahan investasinya di Blok Cepu.

"Sampai sekarang, kita masih belum mendapatkan indikasi Exxon Mobil mau melakukan hal tersebut. Saya tahu Exxon Mobil juga, sedang melakukan beberapa joint study di Indonesia juga," pungkas Hudi.

Untuk informasi, sebelumnya AS diperkirakan akan mengalami resesi ekonomi. Menteri Koordinator Bidang Perekonomian (Menko Perekonomian) Airlangga Hartarto mengatakan pemerintah Indonesia masih akan terus memantau perkembangan perekonomian di AS. Meski begitu, Airlangga mengakui bahwa resesi AS akan memicu keluarnya aliran modal dari pasar domestik Indonesia ke AS (capital flight).

Sebab itu, dia berharap, agar tingkat suku bunga Bank Sentral atau The Fed dapat menurun pada kuartal IV-2024 mendatang, meskipun tidak ada yang menjamin hal tersebut.