JAKARTA - Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) mencatatkan penerimaan negara sebesar 9,7 miliar dolar AS dari industri hulu migas sepanjang periode Januari-Juni 2022.
SKK Migas juga mencatat reserve replacement ratio (RRR) berada di angka 77 persen serta cost recovery yang berhasil dijaga pada level yang rendah sebesar 3,2 miliar dolar AS.
"Meskipun produksi dan lifting masih mengalami tantangan, industri hulu migas pada semester I tahun 2022 telah meraih beberapa capaian yang positif," ujar Kepala SKK Migas Dwi Soetjipto pada pembukaan kegiatan CEO Forum, Senin, 11 Juli.
Ia menambahkan, situasi global dalam kondisi yang rumit akibat perang antara Rusia dan Ukraina, yang dampaknya sistemik berimbas pada melonjaknya harga energi dan pangan dunia, sehingga meningkatnya inflasi global.
"Harga minyak dunia cukup lama berada dikisaran 100 dolar AS per barel dan harga rata-rata hingga 2023 diperkirakan masih diatas 80 dolar AS per barel," tambah Dwi.
Begitu pula untuk harga gas global juga mengalami peningkatan harga yang cukup signifikan, hingga di atas 25 dolar AS per Million British Thermal Unit (MMBTU).
Dengan harga spot LNG saat ini berada di kisaran 43 dolar AS per MMBTU atau setara 240 dolar AS per barel setara minyak.
“Tingginya harga minyak dan gas dunia adalah kesempatan emas untuk KKKS dapat meningkatkan produksi dan lifting migas nasional yang saat ini masih jauh dari target APBN 2022 dan Long Term Plan (LTP) Industri Hulu Migas," lanjut Dwi.
BACA JUGA:
Sementara itu, Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arifin Tasrif menyampaikan, tantangan industri hulu migas sebagai dampak dari pandemi Covid-19 dan tantangan era transisi energi.
Dia menambahkan, peran industri hulu migas di masa depan akan berkembang menjadi bahan baku industri.
"Pemerintah memberikan apresiasi atas kontribusi industri hulu migas bagi penerimaan negara," katanya.