Harga Minyak Melonjak, Setoran Hulu Migas ke Negara Tembus Rp78,2 Triliun
Ilustrasi. (Foto: Unsplash)

Bagikan:

JAKARTA - Di tengah kondisi pandemi dan ekonomi yang belum membaik serta menurunnya investasi, sektor hulu migas dapat memberikan kontribusi ke negara yang lebih tinggi dari target, yaitu sebesar 5,5 miliar dolar AS atau setara Rp78,2 triliun.

Adapun penerimaan tersebut setara dengan 76,2 persen dari target penerimaan yang ditetapkan dalam anggaran pendapatan dan belanja negara (APBN) 2021 sebesar 7,28 miliar dolar AS.

Sekretaris SKK Migas, Taslim Yunus mengatakan besarnya penerimaan negara dari sektor hulu migas hingga Mei 2021 ini tak terlepas dari lonjakan harga minyak mentah dunia.

"Kita bersyukur karena harga minyak saat ini semakin meningkat, saat ini sekitar 73 dolar per barel, dan Indonesia Crude Price (ICP) sekitar 68 dolar per barel," katanya dalam keterangan resminya, dikutip Kamis 17 Juni.

Untuk menjaga penerimaan negara tetap maksimal, kata Taslim, SKK Migas meminta agar Kontraktor Kontrak Kerja Sama (KKKS) segera meningkatkan investasi, memanfaatkan harga minyak yang naik seperti saat ini. Selain itu, SKK Migas juga mengharapkan insentif hulu migas segera diberikan sehingga momentum yang baik untuk meningkatan investasi ini dapat dimaksimalkan.

"Kami berharap harga yang tinggi ini bisa mendorong KKKS meningkatkan kegiatan investasinya, antara lain dengan segera merealisasikan proyek-proyek yang sebelumnya ditinggalkan karena memiliki keekonomian pada harga 50 atau 60 dolar per barel," ucapnya.

Taslim berharap peningkatan kegiatan minimal akan tercermin dalam pembahasan-pembahasan Work, Program and Budget (WP&B) yang akan segera dilakukan SKK Migas dengan KKKS pada bulan Juli hingga September 2021.

"Pak Kepala sudah memberi arahan, kami akan segera mengirimkan surat edaran kepada KKKS agar mereka segera meningkatkan investasi pada tahun 2022. Syukur kalau kegiatan bisa ditingkatkan mulai tahun 2021 ini," jelasnya.

Menurut Taslim, agar momentum ini menghasilkan peningkatan investasi yang maksimal, pihaknya berharap agar permohonan insentif hulu migas juga disetujui pemerintah. Sehingga momentum yang baik ini akan semakin dimaksimalkan.

Lebih lanjut, kata Taslim, permohonan ini tetap dibutuhkan kendati harga minyak meningkat, karena insentif dibutuhkan lebih kepada usaha-usaha meningkat iklim investasi migas yang lebih menarik dan kompetitif.

Per Mei 2021, lifting minyak sebesar 662.6 ribu bopd atau 94 persen dari target APBN, sedang lifting gas sebesar 5,379 MMSCFD atau 95,4 persen dari target APBN.

Karena itu, kata Taslim, perlu tambahan investasi yang cukup besar untuk mendorong investasi meningkat dan membuat lifting minimal sama dengan tahun 2021. Apalagi, pandemi COVID-19 yang melanda dunia tahun 2020 menurunkan realisasi investasi di sektor hulu migas di seluruh dunia, sekitar 30 persen.

Lebih lanjut, Taslim berujar tantangan investasi hulu migas semakin meningkat karena adanya kampanye dunia untuk mengalihkan investasi ke sektor energi terbarukan. Tantangan serupa juga terjadi di Indonesia. Per Mei 2021, capaian realisasi investasi mencapai 3,93 miliar dolar AS atau sekitar 31,7 persen dari target.

"Dengan membaiknya harga minyak, kami berharap situasi membaik karena dari sisi potensi, Indonesia masih menjanjikan. Sebagai bukti, kita masih menyaksikan temuan yang cukup menggembirakan di pemboran sumur Maha di Perairan Makassar, juga adanya temuan tambahan cadangan di Lapangan Banyu Urip yang dobel dari perkiraan sebelumnya. Semoga usaha bersama ini dapat meningkatkan kegiatan produksi di Tanah Air," katanya.