Bagikan:

JAKARTA – Calon anggota Deputi Gubernur Bank Indonesia (BI) Filianingsih Hendarta memaparkan tiga strategi yang akan ditempuhnya apabila terpilih menjadi pejabat bank sentral untuk lima tahun ke depan.

Fili menyampaikan hal tersebut saat mengikuti Uji kelayakan dan kepatutan (fit and proper test) yang digelar oleh Komisi XI DPR di Kompleks Parlemen Senayan, Jakarta hari ini.

“Pertama, mengawal stabilitas moneter untuk perekonomian yang berdaya tahan,” ujarnya pada Senin, 13 Februari.

Menurut dia, situasi ekonomi pascapandemi diliputi ketidakpastian akibat faktor global yang menuntut Indonesia harus menjaga sektor eksternal dan industri keuangan.

“Ekonomi nasional tidak pulih secepat perkiraan, namun kita patut bersyukur pertumbuhan 2022 bisa mencapai 5,31 persen dan inflasi 5,51 persen yang lebih rendah dari asumsi awal,” tuturnya.

Strategi kedua adalah memastikan dukungan pembiayaan ekonomi yang memadai dan inklusif.

“Ini berarti kita mendukung pemulihan ekonomi nasional secara berkelanjutan,” kata dia.

Ketiga, merupakan strategi merumuskan dan mengimplementasikan langkah konkrit dalam mengakselerasi Ekonomi Keuangan Digital (EKD).

“Disini kami akan mengintegrasikan EKD antara sektor konvensional dengan syariah untuk mencapai pembiayaan yang lebih inklusif,” tegasnya.

Jika terpilih, Filianingsih Hendarta akan menggantikan Deputi Gubernur BI saat ini, yaitu Dody Budi Waluyo yang berakhir masa jabatannya pada April 2023 mendatang. Selain Fili, kandidat lain yang mengikuti fit and proper test adalah Dwi Pranoto.

Filianingsih sendiri saat ini menjabat sebagai Asisten Gubernur BI sekaligus Kepala Departemen Kebijakan Sistem Pembayaran sejak 2019. Dia menyelesaikan pendidikan sarjana di bidang Hukum Universitas Airlangga pada 1985. Lalu, mendapatkan gelar Master di bidang Economics & Finance dari Boston University, USA pada 1992.

Fili mengawali karir di bank sentral pada 1986 silam. Dia diketahui sempat menduduki jabatan Kepala Departemen Pengelolaan Moneter (2013-2015) dan Kepala Departemen Kebijakan Makroprudensial (2015-2019).