JAKARTA - Dunia industri masih diprediksi akan menghadapi sejumlah tantangan pada tahun ini. Sebab, dunia dihadapkan dengan ancaman resesi global.
Meski begitu, sektor industri masih menunjukkan kinerja sangat baik pada 2022, dengan mencatatkan angka pertumbuhan hingga 5,01 persen dan menjadi sumber pertumbuhan tertinggi bagi perekonomian nasional, yakni sebesar 1,01 persen.
Kementerian Perindustrian (Kemenperin) menyebut, setidaknya ada tiga hal yang mendukung pertumbuhan sektor ini, yaitu hilirisasi industri yang terus meningkat, pertumbuhan industri otomotif yang mencapai dua digit, serta produk hasil manufaktur Indonesia yang telah masuk dalam bagian global value chain.
Menteri Perindustrian (Menperin) Agus Gumiwang Kartasasmita mengatakan, keberhasilan dari hilirisasi ditunjukkan dengan pertumbuhan industri logam dasar yang mencapai 14,8 persen atau tumbuh dua digit.
"Begitu pula dengan industri otomotif yang sebesar 10,67 persen. Kedua produk tersebut juga telah masuk dalam mata rantai global, sehingga dapat dikatakan program hilirisasi yang kami galakkan telah mencapai sasaran. Kami berharap pertumbuhan double digit ini bisa terus berlanjut di 2023," kata Agus lewat keterangan resminya, Rabu, 8 Februari.
Selain itu, konsumsi domestik juga turut berkontribusi terhadap pertumbuhan ekonomi.
Badan Pusat Statistik mencatat, stabilitas daya beli masyarakat terus terjaga, terlihat dari penjualan mobil penumpang yang meningkat sebesar 18,76 persen (c-to-c), naiknya penjualan sepeda motor sebesar 3,24 persen (c-to-c), serta tumbuhnya penerimaan PPh pasal 21 yang mencapai 18,36 persen (c-to-c).
"Meningkatnya permintaan dari dalam negeri berpengaruh pada aktivitas produksi, sehingga semakin ekspansif," kata Agus.
Hal ini nampak pada indikator-indikator, seperti Indeks Kepercayaan Industri (IKI), Purchasing Managers Index (PMI) manufaktur Indonesia, dan Prompt Manufacturing Index Bank Indonesia.
Kementerian Perindustrian merilis hasil IKI pada Januari 2023 yang berada di level 51,54 atau naik dibandingkan IKI Desember 2022 yang menyentuh level 50,9. Sedangkan, S&P Global melaporkan, PMI manufaktur Indonesia pada Januari 2023 sebesar 51,3 atau naik dibandingkan Desember 2022 di angka 50,9.
BI juga merilis Prompt Manufacturing Index Bank Indonesia yang mencapai 50,06 persen pada Triwulan IV/2022. "Seluruh indeks tersebut menunjukkan kondisi sektor industri tetap ekspansif," ujar Agus.
Oleh karena itu, kata Agus, pihaknya akan terus mendorong pelaksanaan Program Peningkatan Penggunaan Produk Dalam Negeri (P3DN), pada tahun ini.
"Dapat dilihat, bahwa komitmen napak presiden untuk program ini sangat besar. Terdapat ratusan triliun dari APBN yang dialokasikan untuk pembelian produk-produk industri dalam negeri. Hal ini juga terbukti pada industri elektronika yang mengalami peningkatan," jelas dia.
Menurut data BPS, industri barang dari logam, komputer, barang elektronik, optik, dan peralatan listrik tumbuh hingga sebesar 7,62 persen, didukung oleh tingginya permintaan pada akhir tahun lalu.
BACA JUGA:
Seiring dengan itu, nilai ekspor industri pengolahan nonmigas pada 2022 juga mencapai 206,35 miliar dolar AS atau naik 16,45 persen dari angka pada 2021, yakni sebesar 177,2 miliar dolar AS, dan ditargetkan dapat meningkat hingga 225 -245 miliar dolar AS, pada tahun ini.
"Kinerja ekspor (Indonesia) di 2022 juga sangat luar biasa, bila dibandingkan tahun sebelumnya. Selain karena hilirisasi, peningkatan ini juga dipacu oleh pengalihan-pengalihan produksi dari beberapa negara, yang tadinya mengandalkan suplai dari Rusia atau Ukraina, kemudian mendapatkan pasokan dari Indonesia," ungkap Agus.
Kendati demikian, Agus menyatakan perlunya waspada terhadap kondisi perekonomian global karena konflik yang masih terus terjadi hingga saat ini.
"Hal ini akan mengakibatkan disrupsi tersendiri terhadap supply chain. Kami di Kemenperin berupaya memberikan kemudahan kepada pelaku industri melalui berbagai insentif untuk mengurangi dampak yang dirasakan akibat gejolak ekonomi global," tandasnya.