Kemenperin akan Fokus Jalani Hilirisasi Industri Guna Menunjang Pertumbuhan Ekonomi Nasional
Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita. (Foto: Dok. Antara)

Bagikan:

JAKARTA - Untuk menunjang pertumbuhan ekonomi nasional, Kementerian Perindustrian (Kemenperin) tengah fokus menjalankan kebijakan hilirisasi industri di tiga sektor, yakni industri berbasis agro, berbasis bahan tambang dan mineral, serta berbasis migas dan batu bara.

"Seperti yang ditegaskan Bapak Presiden, kami secara bertahap akan menyetop bahan baku mentah, seperti minerba. Kami sudah setop ekspor nikel, dan selanjutnya setop ekspor bauksit," ujar Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita di kantornya, Jakarta, Selasa, 27 Desember.

Terkait pengembangan industri berbasis tambang dan mineral, kata Agus, pihaknya sedang berupaya memacu nilai tambah pada lima komoditas, di antaranya bijih tembaga, bijih besi dan pasir besi, bijih nikel, bauksit, serta logam tanah jarang.

"Perkembangan dari hilirisasi di sektor ini telah menghasilkn 27 smelter, yang meliputi pyrometallurgy dan hydrometallurgy nikel. Kemudian, 32 (smelter) dalam tahap konstruksi, dan enam masih tahap feasibility study," ujarnya.

Ke depannya, Agus berharap smelter nikel tidak hanya melakukan ekspor dalam bentuk NPI maupun bahan baku baterai, tetapi dalam bentuk produk lebih hilir, seperti produk berbahan baku stainless steel dan baterai listrik.

Kemampuan hilirisasi sektor ini juga akan menghasilkan produk-produk di hilir atau produk jadi, seperti peralatan kesehatan, dapur, kedirgantaraan, dan kendaraan listrik.

Peningkatan nilai tambah dari bijih nikel bisa mencapai 340-400 kali lipat.

Menurut Menperin, dampak positif dari hilirisasi sektor tambang dan mineral ini telah menunjukkan peningkatan signifikan pada capaian nilai ekspor nasional.

Hingga Oktober 2022, nilai ekspor dari industri ini telah menembus angka 36,4 miliar dolar AS atau naik 40 persen dibanding periode yang sama tahun lalu.

"Kami menargetkan, pertumbuhan di sektor ini pada tahun 2022 mencapai dua digit, di angka 10-11 persen," ucap Agus.

Oleh karena itu, lanjut Agus, pihaknya kini fokus untuk meningkatkan kinerja sektor industri manufaktur karena menjadi motor penggerak utama pertumbuhan ekonomi nasional.

Adapun salah satu kebijakan strategis yang tetap dijalankan, yaitu hilirisasi industri.

"Sesuai arahan Bapak Presiden Joko Widodo, kami perlu memperkuat hilirisasi sektor industri manufaktur. Kami optimistis, hal ini dapat kami lakukan, karena selama ini telah terbukti sebagai prime mover bagi perekonomian nasional," tandasnya.