Bagikan:

JAKARTA - Badan Pangan Nasional (Bapanas) atau NFA meminta Satuan Tugas (Satgas) Pangan Polri untuk mengawasi harga eceran tertinggi (HET) beras operasi pasar Bulog di pasaran.

Hal ini guna meredam gejolak harga beras di pasaran.

Adapun HET beras medium operasi pasar Bulog adalah Rp9.450 per kilogram (kg). Sementara untuk wilayah Maluku, dan Papua yakni Rp10.250 per kg.

Kepala Bapanas Arief Prasetyo Adi mengatakan, pihaknya mendapat perintah dari Presiden Joko Widodo (Jokowi) untuk menggelar operasi pasar secara masif guna menekan gejolak harga beras di pasaran.

“Perintah Beliau, sebelumnya adalah operasi pasar yang masif. Sambil kita minta Satgas Pagan untuk melakukan pengawasan,” katanya dikutip dari instagram @badanpangan nasional, Senin, 6 Februari.

Arief menjelaskan, pengawasan Satgas Pangan diperlukan untuk memastikan harga beras di tingkat konsumen sesuai HET yakni Rp9.450 per kg.

“Karena kalau di harga eceran tertingginya Rp9.450 tetapi enggak dijagain Rp9.450, gak ada gunanya,” ujarnya.

Adapun rata-rata nasional harga beras medium per Februari 2023 mencapai Rp11.660 per kg. Maka, harga beras sudah naik sekitar Rp850 per kg dibanding Februari 2022 senilai Rp10.810 per kg.

Karena itu, sambung Arief, pihaknya akan menggelontorkan stok beras Bulog ke pasar dalam waktu dekat.

Adapun stok beras Bulog saat ini sebanyak 320.000 ton.

Arier mengatakan pasokan beras di Pasar Induk Beras Cipinang (PIBC) juga sudah berhasil naik dari 12.900 ton menjadi 14.000 ton. Kata dia, Bapanas menargetkan total pasokan beras di Pasar Induk Cipinang bisa mencapai 30.000 ton.

“Ini terus nih digelontorkan,” ujarnya.

Bulog Bakal Serap Beras Petani

Arief berujar, Bulog juga akan menyerap beras hasil panen petani dalam negeri. Mengingat panen raya akan terjadi pada Meret hingga April mendatang.

Panen raya, jelasnya, merupakan kondisi saat produksi padi per bulan melebihi konsumsi bulanan nasional atau sebanyak 2,5 juta ton.

“Kalau kondisi itu tercapai, baru bisa kami sampaikan itu panen raya,” ucapnya.

Diberitakan sebelumnya, Kementerian Pertanian memproyeksi akan terdapat surplus beras pada periode Januari hingga Maret sekitar tiga juta ton.

Proyeksi tersebut berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) serta data yang dimiliki Kementerian Pertanian.

Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo (SYL) menjelaskan, data yang diperoleh BPS merupakan data resmi negera yang tidak bisa diragukan lagi karena sudah menggunakan metode KSA.

Dari Kementan sendiri, sambunh SYL, pengolahan data menggunakan tiga metode, yaitu metode standing crop, laporan daerah dan tinjauan di lapangan.

“Jadi jangan meragukan data BPS. karena datanya sudah melalui proses panjang. Termasuk data KSA, kemudian kami menggunakan tiga metode, standing crop, artifisial intelegen, laporan daerah dan datang langsung ke lapangan. Hasilnya sama, beras kita cukup,” katanya dalam keterangan resmi, Senin, 6 Februari.

Seperti diketahui, panen raya yang tengah berlangsung salah satunya di Desa Sukamakmur, Kecamatan Sukakarya, Kabupaten Bekasi, Jawa Barat.

Adapun luas baku lahan yang ada saat ini mencapai 47.000 hektare (ha), sedangkan lahan di Kecamatan Sukakarya mencapai 3.420 hektare.

Dari luasan tersebut, lahan yang dipanen mencapai 423 hektare dengan rata-rata produktivitas mencapai 6,5 ton per ha.