Bagikan:

JAKARTA - Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) berencana akan melelang Blok atau Wilayah Kerja (WK) East Natuna yang berlokasi di perairan Natuna.

Direktur Jenderal Minyak dan Gas Bumi Kementerian ESDM Tutuka Ariadji mengatakan, nantinya WK Natuna akan dibagi menjadi tiga bagian kemudian dilelang.

"Untuk Natuna D-Alpha, prosesnya kita sedang menyiapkan untuk dilakukan lelang. Natuna D-Alpha itu kan berada di Blok East Natuna, jadi natuna east, jadi besar," ujarnya di Jakarta yang dikutip Jumat, 3 Februari.

Tutuka melanjutkan, WK ini akan dibagi menjadi 3 bagian antara lain Lapangan Arwana-Barakuda, D-Alpha, dan Paus.

"Nanti kita akan ambil, dilelang secara internasional dan terbuka. Mungkin tahun ini, pertengahan atau bisa sebelumnya," imbuh Tutuka.

Dirjen Migas berencana proses lelang akan dilakukan bertepatan dengan penyelenggaraan Indonesian Petroleum Association Convention & Exhibition (IPA Convex) 2023.

"Mei saat ada IPA (Convex) itu bagus. Kita targetkan saat ada IPA akan sangat bagus. Mudah-mudahan bisa selesai dan kita kan perlu mencari kira-kira peminat natuna ini," pungkas Tutuka.

Pemerintah mendorong percepatan pengembangan Blok East Natuna di Kepulauan Riau yang mandek lebih dari 45 tahun, mengingat saat ini pengembangan migas Indonesia berkejaran dengan waktu, sebelum masanya energi terbarukan.

Asal tahu saja, Blok East Natuna ditemukan tahun 1973 dan hingga saat ini masih belum dikembangkan. Blok East Natuna menyimpan potensi sebesar trilion cubic feet (Tcf) dengan potensi gas yang recoverable sebesar 46 Tcf. Kendala utama pengembangan blok ini adalah kadar CO2 yang mencapai 72 persen.

Blok ini semula dikelola ExxonMobil dan mendapatkan hak kelolanya tahun 1980. Namun lantaran tidak ada perkembangan, pada tahun 2007 kontraknya dihentikan. Setahun kemudian yaitu tahun 2008, East Natuna diserahkan pengelolaannya ke PT Pertamina. Selanjutnya, ExxonMobil, Total dan Petronas, bergabung. Posisi Petronas kemudian digantikan PTT Exploration and Production (PTT EP) tahun 2012. Sayangnya tahun 2017 konsorsium ini bubar dengan alasan tidak ekonomis dan menyisakan PT Pertamina.