YOGYAKARTA – Menjalankan bisnis di sektor makanan dan minuman memang menjanjikan, tapi bukan berati tanpa risiko.
Bisnis kuliner berdampak luas pada gaya hidup dan kesehatan, sehingga risikonya jauh lebih besar dibanding industri lainnya. Lantas, apa saja risiko bisnis kuliner?
Risiko Bisnis Kuliner
Dirangkum VOI dari berbagai sumber, Senin, 30 Januari 2023, berikut sejumlah risiko bisnis kuliner paling umum dan serius yang harus diketahui oleh pemilik bisnis.
- Preferensi konsumen berubah sangat cepat
- Banyak Pesaing
- Kebakaran
- Kontaminasi dan pembusukan bahan makanan
- Perubahan Kondisi Ekonomi
Penjelasan dari risiko bisnis kuliner di atas, dapat disimak pada ulasan berikut ini.
1. Risiko Bisnis Kuliner: Preferensi Pelanggan Berubah Sangat Cepat
Tren baru dalam diet dan kebiasaan makan bermunculan setiap hari dengan sangat cepat. Pilihannya sepertinya tidak ada habisnya, mulai dari diet Paleo, diet Keto, dan diet bebas gluten hingga jus sehat pembersih usus dan gaya hidup makan sehat lainnya.
Perubahan ini merupakan risiko bisnis utama dalam industri makanan dan minuman (Food and Beverage/F&B). Mereka semua mencerminkan dorongan sadar kesehatan dari produk kuliner yang diproses secara berlebihan. Oleh sebab itu, pelaku industri F&B harus tetap waspada terhadap tren yang tiba-tiba dapat merusak brand image.
2. Risiko Bisnis Kuliner: Banyak Pesaing
Bisnis di sektor makanan dan minuman termasuk bisnis yang mudah ditiru. Ketika ada satu bisnis kuliner yang tengah viral, pasti akan ditemukan beberapa bisnis serupa setelahnya.
Apabila target pasar Anda merupakan pengguna media sosial, seperti Instagram, TikTok dan lain sebagainya, dapat dipastikan konsumen Anda bakal dibanjiri oleh konten-konten bertema kuliner yang beraneka ragam dan paling baru. Kondisi ini membuat persaingan menjadi sengit, sebab Anda harus berebut pasar yang sama.
Pelaku bisnis kuliner yang berhasil memanfaatkan psikologis konsumen akan keluar sebagai pemenang persaingan usaha.
3. Risiko Bisnis Kuliner: Kebakaran
Risiko kebakaran harus menjadi perhatian utama bagi pelaku industri F&B. Pasalnya, api merupakan kebutuhan utama di dalam dapur. Ditambah lagi dengan sejumlah bahan baku makanan yang mudah terbakar, seperti minyak goreng atau etanol yang digunakan untuk sterilisasi.
Bubuk halus dan kering seperti tepung kentang, tepung terigu, dan susu bubuk juga dapat bertindak sebagai bahan yang mudah terbakar.
Untuk meminimalkan risiko ini, berinvestasi dalam proteksi kebakaran, manajemen fasilitas, pemeliharaan, dan keamanan adalah kuncinya.
4. Risiko Bisnis Kuliner: Kontaminasi dan Pembusukan Bahan Makanan
Kontaminasi dan pembusukan bahan makanan merupakan salah satu risiko bisnis terbesar dalam industri makanan dan minuman.
Bahan baku, bahan pengemas dan peralatan produksi semuanya rentan terhadap kontaminasi. Bahkan, air yang digunakan dalam produksi atau keperluan lain juga rawan terkena cemaran.
Selain itu, bahan makanan yang tidak disimpan di tempat yang baik juga berpotensi mengalami pembusukan lebih cepat.
5. Risiko Bisnis Kuliner: Perubahan Kondisi Ekonomi
Dua tahun lalu, industri kuliner mendapat pukulan telak setelah Indonesia dihantam pandemi COVID-19.
Kebijakan pembatasan pergerakan masyarakat yang diterapkan pemerintah untuk menekan penyebaran virus corona SARS-CoV-2 penyebab penyakit COVID-19, membuat bisnis kuliner lesu.
Selain itu, menurunnya pendapatan masyarakat juga ikut memberikan kontraksi yang cukup dalam terhadap sektor industi makanan dan minuman.
Untuk mengatasi situasi ini, Anda perlu menggali kreativitas untuk menarik pelanggan. Misalnya, menjadi mitra platform jual makanan oline atau menciptakan produk yang lebih terjangkau.
Demikian 5 risiko bisnis kuliner yang harus diketahui oleh pelaku usaha F&B. Semoga bermanfaat!