Bagikan:

JAKARTA - Kementerian Perindustrian (Kemenperin) melalui Direktorat Jenderal Industri Kecil Menengah dan Aneka (Ditjen IKMA) menargetkan 12.000 wirausaha baru tumbuh sepanjang 2023.

Angka tersebut lebih tinggi dari capaian tahun sebelumnya yakni 3.000 wirausaha baru.

"Prioritas penggunaan anggaran kami adalah menumbuhkan wirausaha baru di daerah-daerah potensial. Kami juga berangkat dari potensi daerah, lalu kami gali jiwa kewirausahaan mereka," ujar Direktur Jenderal Industri Kecil Menengah dan Aneka Kemenperin Reni Yanita di Gedung Kemenperin, Jakarta, Kamis, 26 Januari.

Reni mengatakan, Ditjen IKMA Kemenperin mendapatkan alokasi anggaran sekitar Rp720 miliar. Nantinya, anggaran sebesar Rp500 miliar akan digunakan untuk menumbuhkan wirausaha baru.

"Anggaran ini meningkat lima kali lipat dibandingkan tahun sebelumnya, yakni Rp100 miliar," kata dia.

Menurut Reni, melonjaknya anggaran tersebut berkaitan dengan terbitnya Instruksi Presiden (Inpres) Nomor 4 Tahun 2022 tentang Percepatan Penghapusan Kemiskinan Ekstrem.

Ia menyebut, pihaknya akan memberikan pelatihan keterampilan bagi pelaku industri kecil menengah (IKM) di daerah potensial, termasuk di kalangan pondok pesantren.

Santripreneur, kata Reni, merupakan program Kemenperin untuk memacu jiwa usaha para santri. Dengan demikian, setelah lulus dari pondok pesantren, santri tersebut dapat menciptakan usaha baru dan menyerap lapangan kerja.

"Jadi, mereka kami latih keterampilannya, lalu kami beri bantuan alat produksi, sehingga bisa memulai usaha," tuturnya.

Menurut rencana, Kemenperin akan mengawal calon pengusaha baru tersebut hingga memiliki Nomor Induk Berusaha (NIB).

Sebab, menurut Reni, NIB menjadi salah satu tolok ukur tumbuhnya wirausaha baru yang memproduksi produk-produk dalam negeri.

"Dari 3.000 wirausaha baru tahun lalu, terdapat 1.400 yang memiliki NIB. Kami harap, tahun ini bisa sekitar 40 persen (dari 12.000) pelaku usaha baru dapat kami fasilitasi agar punya NIB," imbuhnya.